Rabu, 27 Juni 2012

UAS SMT II

1.       Deskripsikan apa yang menjadi tujuan mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar,Ilmu Sosial Dasar dan Ilmu Budaya Dasar dan apa relevansinya sebagai mahasiswa jurusan tarbiyah mempelajari mata kuliah ini.
2.      Jelaskan Pengertian dari, Ilmu sosial dasar, Ilmu budaya dasar, Ilmu alamiah dasar?
3.      Jelaskan maksud dari manusia sebagai makhluk individu dan manusia sebagai makhluk Sosial!
4.     Sebut dan jelaskan dampak positif dan negatifnya bagi masyarakat dengan adanya Teknologi dan era digital informasi yang cenderung bebas tanpa batas?
5.      Budaya adalah sesuatu bagian dari manusia tidak akan pernah terpisahkan, karena tabiat manusia itu sendiri adalah berbudaya. Setujukah saudara dengan pernyataan tersebut, sebutkan alasannya!

Rabu, 12 Oktober 2011

DASAR-DASAR PENDIDIKAN I

TEMA : Pendidikan dan perkembangan hidup ummat manusia, perlunya pendidikan bagi manusia.

Pengertian Pendidikan
Kata pendidikan , memiliki multi fungsi yang dapat diberikan makna sesuai dengan aspek yang menyertainya. Beberapa kata yang identik dengan pendidikan antara lain “Tarbiyah, Ta’lim, Tadris, Education, Paedagogie. Namun jika kita cermati dari berbagai definisi.secara sederhana dapat di rinci bahwa unsure yang terdapat didalam pendidikan antara lain; Merupakan proses kegiatan (usaha yang sadar), adanya subyek pendidik, adanya obyek anak didik, adanya perubahan tingkah laku, adanya dasar dan tujuan , adanya alat/media yang digunakan.
Dari aspek psikologi, maka makna pendidikan adalah proses pembentukan tingkah laku manusia yang dilakukan secara sengaja, terencana dan sistematis untuk mencapai tingkat perkembangan dan kedewasaan psikologis manusia secara optimal.
Dari aspek sosiologi, maka makna pendidikan adalah Proses pembentukan kecakapan-kecakan fundamental secara intelektual dan emosional menuju kedewasaan social manusia agar dapat hidup secara mandiri.
Dari aspek agama/Islam maka, makna pendidikan adalah proses pemberian tuntunan dan bimbingan untuk mencapai tingkat kedewasaan manusia sesuai dengan syariat dan ajaran Islam itu sendiri guna melaksanakan fungsi-fungsi kemanusiannya.

Dari keseluruhan uraian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan.

1. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya.
2. Pendidikan juga berarti lembaga yang bertanggungjawab terhadap kegiatan pendidikan…..
3. Pendidikan berarti pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan lembaga lembaga tersebut.

LATAR BELAKANG PERSOALAN:

1. Salah satu naluri manusia yang terbentuk dalam jiwanya secara individual adalah kemampuan dasar dalam psikologi sosial yang disebut instink gregarius (naluri untuk hidup berkelompok)/ bermasyarakat.

2. Naluri itu dalam pandangan antropologi sosial sehingga manusia disebut homo socius / makhluk yang bermasyarakat, kecenderungan untuk berkumpul guna mengembangkan potensi dalam segala bidang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

3. Untuk memperoleh cita-citanya, pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis.

4. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan semakin tinggi cita-citanya, semakin tinggi pula tuntutan kehidupannya, dibalik itu semakin komplek pula jiwa manusianya. Karena masing-masing didorong oleh tuntutan hidup (rising demands) yang meningkat pula.

5. Oleh karena itu pendidikan dalam satu sisi dengan lembaga-lembaga pendidikannya harus menjadi cermin dan cita cita kelompok manusia pada satu pihak dan pada waktu bersamaan pendidikan sekaligus menjadi lembaga yang mampu merubah dan meningkatkan cita-cita kelompoknya.

6. Jadi, antara kedudukan pendidikan yang dilembagakan dalam berbagai bentuk dengan dinamika masyarakatnya harus selalu berinteraksi (saling mempengaruhi). Oleh karena itu pendidikan tidak mungkin lepas dari faktor psikologis manusia dan lingkungan sosio-kulturalnya.

7. sistem hubungan kependidikan jika dilihat dari aspek operasionalnya mencakup 5 faktor yakni; pendidik, anak didik, alat-alat pendidikan, lingkungan dan tujuan. Semua aspek tersebut berperan satu sama lain secara interaksional.

Kamis, 21 Oktober 2010

DRAF TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH STAIN SAMARINDA

BAGIAN I
PENDAHULUAN

A. Landasan Pemikiran

Tradisi ilmiah adalah peradigma perguruan tinggi. tradisi ini Adalah suatu keniscayaan bagi setiap civitas akademika dalam mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Tradisi ini penting sebab perguruan tinggi adalah garda terdepan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah baik melalui berbagai ragam kajian, penelitian dan aktivitas keilmuan lainnya.
Salah satu indikator bahwa tradisi ini telah membumi di perguruan tinggi dapat diukur dari munculnya karya-karya ilmiah dalam bentuk tulisan seperti skripsi, tesis, disertasi, hasil penelitian, makalah, jurnal dan bentuk tulisan lainnya oleh setiap komponen di dalamnya baik mahasiswa, dosen maupun tenaga kependidikan lainnya secara kualified.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda sebagai salah satu perguruan tinggi yang mempunyai stressing kajian dalam ilmu-ilmu keislaman (Islamic studies) dalam setiap aktivitas keilmuannya diharapkan mempunyai paradigma ilmiah seperti diatas. Hal ini menjadi tantangan sekaligus dapat menjadi spirit tersendiri untuk senantiasa berupaya melakukan pemberdayaan kelembagaan melalui berbagai program-program peningkatan mutu akademik.
sebagai salah satu lembaga di STAIN Samarinda, Unit Peningkatan Mutu Akademik (UPMA) mempunyai tanggung jawab besar untuk selalu cermat sebagai motor dalam melakukan program-program inovatif peningkatan system akademik. Prespektif UPMA, guna mewujudkan tradisi ilmiah dalam bentuk karya tulis ilmiah, maka tersusunnya sebuah pedoman dasar penulisan karya tulis ilmiah bagi STAIN Samarinda menjadi hal yang sangat urgen.


Tersusunnya pedoman sebagaimana dimaksud bukanlah suatu aturan baku dan final dalam tata cara penulisan karya ilmiah, tetapi lebih dimaksudkan sebagai konsistensi penulisan karya ilmiah yang berlaku di STAIN Samarinda.
Guna merealisasikan gagasan diatas, Unit Peningkatan Mutu Akademik (UPMA) mencanangkan program peningkatan mutu akademik dalam bentuk “Desain Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah STAIN Samarinda”. Desain TPKI ini dimunculkan dari workshop peningkatan mutu STAIN Samarinda yang pesertanya terdiri dari seluruh dosen STAIN Samarinda dengan harapan hasilnya dapat menjadi patokan bersama, Amin.

B. Maksud dan Tujuan Program Desain TPKI

Program Desain Teknik Penulisan Karya Ilmiah ini dimaksudkan dan bertujuan mencari patokan atau pedoman tentang konsistensi teknik penulisan Karya Ilmiah. Dengan program ini diharapkan civitas akademika STAIN Samarinda mempunyai standar teknik karya tulis ilmiah, baik pedoman penulisan karya penelitian mahasiswa (skripsi), tesis, disertasi, penelitian dosen, jurnal dan makalah.
Guna mewujudkan keinginan diatas, Unit Peningkatan Mutu Akademik (UPMA) STAIN Samarinda mencoba mengkaji materi-materi terkait melalui Workshop pengembangan Akademik yang salah satu grand materinya adalah teknik penulisan Karya tulis Ilmiah. Workshop ini dilaksanakan pada tanggal 10 – 13 Agustus 2005 di Aula Perpustakaan (lt 1) STAIN Samarinda.

C. Target Program Desain TPKI

Target program ini adalah tersusunnya pedoman teknik penulisan karya tulis ilmiah STAIN Samarinda dalam bentuk buku pedoman TPKI STAIN Samarinda.

BAGIAN II
GAMBARAN UMUM KARYA TULIS ILMIAH

A. Pengertian
1. skripsi
Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian dan telah dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka penyelesaian studi strata satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana.
2. tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji, untuk mempereoleh gelar Magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkap masalah ilmiah tertentu dan memecahkan secara analitis kritis.

3. Disertasi
Desertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelasaian studi pada tingkat strata tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar doktor (DR). Pembahasan dalam desertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan keagaman yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan. Untuk itu, pembahasan harus menggunakan pendekatan multi disipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.

4. makalah
Makalah adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian, yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah ( seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa.
Untuk penulisan makalah, rencana penelitian tidak diperlukan Mengingat sifatnya sederhana

B. Jenis-jenis penelitian

a) Penelitian Pustaka (Library Research)

Jenis penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dimana data-data yang dihimpun bersumber dari buku-buku literatur, baik berupa buku ilmiah, majalah, jurnal ilmiah, dan makalah-makalah hasil seminar yang relevan (maupun yang tidak relevan-sebagai perbandingan) dengan tema pokok penelitian mahasiswa. Sumber yang akan dikutip sedapat mungkin mengacu kepada sumber primer, misalnya; mengutip sebuah hadis atau penafsiran terhadap sebuah ayat hendaknya dikutip dari sumber asli, bukan dari terjemahan.
Adapun bagian krusial yang harus dimiliki oleh penelitian kepustakaan ini adalah adanya pendirian penulis/pendapat penulis, karena mengingat penelitian kepustakaan merupakan penelitian konseptual yang nota bene adalah hasil pemikiran penulis (mahasiswa) mengenai topik yang dibahas, yang dikembangkan dari analisis terhadap permasalahan-permasalahan yang sama dan telah dipublikasikan sebelumnya.
Jadi, penelitian kepustakaan bukanlah sekedar kumpulan cuplikan-cuplikan dari sejumlah artikel, buku ilmiah, apalagi pemindahan tulisan dari sejumlah sumber, tapi penelitian kepustakaan adalah hasil analitis dan pemikiran kritis penulisnya.

b) Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dimana data-data utama yang dihimpun bersumber dari lapangan, adapun buku literatur digunakan dalam penelitian ini sebagai landasan teori; baik berupa buku ilmiah, majalah, jurnal ilmiah, maupun makalah-makalah hasil seminar yang relevan (maupun yang tidak relevan-sebagai perbandingan) dengan tema pokok penelitian mahasiswa.
Adapun bagian krusial yang harus dimiliki pada jenis penelitian lapangan ini adalah adanya objek penelitian yang jelas. karena mengingat penelitian jenis ini memiliki populasi dan atau responden, maka perlu ditegaskan ciri-ciri dan batasan populasi serta proses samplingnya. Selain itu perlu pula ditegaskan judul-judul buku utama dan dokumen-dokumen yang menjadi sumber data. Pada penggunaan teknik pengumpulan data (berupa angket, observasi, interviu), maka perlu menjelaskan alasan penggunaan teknik-teknik tersebutserta proses yang ditempuh, dan data yang dicari.

BAGIAN III
PERSIAPAN MENULIS KARYA ILMIAH

Dalam menyusun sebuah karya tulis ilmiah baik berupa skripsi untuk program Strata 1 (S1) , tesis untuk Program Strata 2 (S2), disertasi untuk Program strata 3 (S3) atau doktoral, jurnal, artikel dan makalah maupun karya penelitian lainnya, maka di butuhkan beberapa persiapan penulisan sebelum melakukan langkah-langkah pembuatan karya ilmiah. Persiapan-persiapan tersebut antara lain : penentuan pokok masalah, penyusunan kerangka, pembuatan gambaran isi dan pengumpulan bahan-bahan.

A. Penentuan Pokok Masalah

Pokok masalah yang akan dikaji dan dibahas dalam sekripsi, tesis dan disertasi harus berhubungan dengan disiplin ilmu yang akan dikembangkan sebagai profesi mahasiswa yang bersangkutan. Pokok masalah ini bisa berupa hal-hal yang berhubungan dengan bidang studi yang merupakan mata kuliah komponen Program studi, jurusan di tingkatan STAIN maupun fakultas di IAIN. Khusus dalam Tesis dan disertasi, pokok masalah yang akan dibahas harus berkaitan dengan bidang ilmu yang dikaji. Pokok masalah tersebut harus terkandung secara implisit di dalam judul tesis dan disertasi.

B. Penyusunan Kerangka

Pokok masalah yang sudah dipilih untuk di bahas dalam skripsi, tesis atau disertasi harus dirinci menjadi bagian-bagian yang saling berkaitan. Bagian-bagian itu dapat dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan spesifik. Seperti bagian-bagaian yang lebih besar, bagaian-bagian yang lebih kecil pun harus saling berakaitan.
Judul dalam masing-masing bab hendaknya langsung ke arah materi yang akan di bahas, bukan pokok bab yang bersangkutan seperti : landasan teori, hasil penelitian, analisis dan sebagainya. Pokok-pokok masalah yang sudah dirinci ini dinamakan kerangka.

Contoh kerangka :

PEMBINAAN KELUARGA SEJAHTERA
DALAM PRESPEKTIF ISLAM

BAB I. PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
II. Rumusan Masalah
III. Tujuan Penelitian
IV. Definisi Operasional
V. Alasan Pemilihan Judul
VI. Kegunaan Penelitian
VII. Metodologi Penelitian
VIII. Telaah Pustaka dan Kerangka Teori
IX. Sistematika Penulisan

BAB II ISLAM DAN PEMBENTUKAN KELUARGA
A. Pengertian, sumber dan pokok-pok Ajaran Islam tentang keluarga
B. Sistem Perkawinan menurut Ajaran Islam
C. Hubungan antara Keluarga dan Masyarakat

BAB III UNSUR-UNSUR KESEJAHTERAAN DALAM SISTEM PERKAWINAN ISLAM
A. Persiapan menuju Perkawinan
B. Dalam Rumah Tangga

BAB IV ISLAM DAN PEMBINAAN KELUARGA SEJAHTERA
A. Pengertian dan Kriteria Keluarga Sejahtera dalam Islam
B. Langkah-langkah menuju Keluarga Sejahtera
C. Keluarga dalam Islam adalah Keluarga Sejahtera.

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran dan Rekomendasi

Bila ada saran hendaknya disatukan dengan kesimpulan.

C. Pembuatan Gambar Isi

Yang dimaksud dengan gambaran isi adalah pokok-pokok yang dianggap penting yang akan dibahas dalan sekripsi, tesis, disertasi dan lain sebagainya. Meskipun, uraian terinci sekripsi, tesis dan disertasi belum tersusun, gambran isi sudah ada dalam pikiran penulis. Dengan demikian, hendaknya penulis telah mempunyai pokok – pokok isi karya tulis serta merupakan pokok-pokok terpenting dalam karya ilmiahnya.

D. Pengumpulan Bahan

Sebelum skripsi, tesis dan disertasi ditulis, bahan-bahannya harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu, sesuai dengan penelitian yang akan digunakan.

1. Penelitian Kepustakaan

Jika jenis penelitiannya kepustakaan, maka bahan-bahan yang perlu dipersiapkan dalam penelitian diantaranya dokumen-dokumen, buku-buku sumber, majalah, surat kabar. Sumber-sumber itu harus relevan dengan pokok masalah yang dibahas. Sumber yang akan digunakan adalah (untuk skripsi sedapat mungkin) sumber primer, misalnyadalam mengutip hadis, sumber yang digunakan adalah kitab hadis riwayat yang bersangkutan, bukan dari riwayat atau kitab lain.
Jumlah buku yang dijadikan sumber penulisan itu paling sedikit 15 judul untuk penulisan skripsi, 25 judul untuk tesis, dan 40 judul untuk desertasi.
Buku-buku yang dijadikan sumber tersebut ditulis dalam daftar pustaka yang disususn secara alfabetis berdasarkan nama pengarangnya.
Ada kemungkinan daftar pustaka yang dibuat sebelum menulis skripsi, tesis, atau desertasi berbeda dengan daftar yang tercantum dalam skripsi, tesis, atau desertasi yang sudah selesai ditulis. Perbedaan yang semacam itu memang dibenarkan, karena memang ada mahasiswa yang bersangkutan menemukan sumber yang lebih relevan, atau menyadari sumber sebelumnya itu dipandang tidak relevan lagi.

2. Penelitian Lapangan

Bagi mahasiswa yang menggunakan penelitian lapangan bagi penulisan skripsi, tesis, atau desertasinya obyek penelitiannya harus sudah ditentukan sebelumnya.
Dalam hal ini mahasiswa yang bersangkutan harus mempertimbangkan relevansi antara teknik pengumpulan data yang digunakan, instrumen yang dipakai, sumber data tempat informasi diperoleh, sifat dat yang dicari dan tujuan yang ingin dicapai. Di samping itu, mahasiswa yang bersangkutan harus pula menjelaskan kerangka teoriyang akan digunakan dan paradigma-paradigmanya.
Dalam uraian-uraian (bab-bab) selanjutnya dalam buku pedoman ini, untuk skripsi, tesis dan desertasi dipergunakan kata “karya tulis”, sedaqng dalam judul bab, sub-sub bab tetap ditulis perkataan skripsi, tesis dan desertasi

BAGIAN IV
SISTEMATIKA PENULISAN KARYA ILMIAH


A. Maksud Sistematika Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, dan makalah

Yang dimaksud dengan sistematika penulisan karya tulis disini adalah cara menempatkan tulisan yang berisi unsur-unsur topik dan urutan-urutannya sehingga merupakan kesatuan karangan ilmiah yang tersusun secara sistematis dan logis.

B. Urutan Isi

Urutan isi sebuah karya tulis yang lengkap adalah sebagai berikut :

I. Bagian Awal, terdiri dari :
a. Halaman Sampul
b. Halaman Judul
c. Halaman Persetujuan Pembimbing
d. Halaman Pengesahan
e. Halaman Persembahan
f. Motto
g. Abstrak
h. Kata Pengantar
i. Daftar isi
j. Daftar Tabel
k. Daftar ilustrasi/gambar

II. Bagian Tengah, terdiri dari :
a. Pendahuluan
b. Uraian masalah yang dibagi menjadi bab-bab
c. Kesumpulan

III. Bagian Akhir, terdiri dari :
a. Daftar Pustaka
b. Daftar Riwayat Hidup
c. Lampiran dan lain-lain yang perlu seprti apendiks dsb.


C. Cara Penyajian
1. Bagian Awal
a) Halaman Sampul dan Halaman Judul

Sampul memuat judul karya tulis, maksud penelitian, lambang STAIN, nama dan nomor indul mahasiswa (NIM), nama jurusan atau fakultas dan program studi, nama STAIN dan tahun penyelesaian, warna sampul skripsi mahasiswa STAIN Samarinda adalah adalah hijau untuk jurusan Tarbiyah, Hitam untuk Jurusan Syari’ah dan merah untuk jurusan Dakwah. Sedang untuk tesis berwarna merah muda (pink) dan disertasi berwarna Biru.
Adapun Format halaman judul sama dengan halaman sampul. Halaman judul ini diketik pada kertas kuarto yang berwarna putih

b) Halaman persetujuan Pembimbing/Promotor

Halaman persetujuan merupakan bukti persetujuan oleh pembimbing dan asisten pembimbing yang dibuktikan dangan tanda tangan. Halaman persetujuan memuat judul Karya ilmiah, nama penyusun, nomor induk mahasiswa (NIM,) maksud persetujuan, nama pembimbing I dan pembimbing II dan tanggal persetujuan (Hijrah/Masehi).
Halaman ini ditandatangani oleh pembimbing I dan Pembimbing II setelah karya tulis siap dikoreksi, disetujui dan siap diujikan.

c) Halaman Pengesahan

Halaman pengesahan merupakan pengesahan administratif dan akademik oleh tim penguji dan ketua STAIN. Unsur yang dimuat adalah judul skripsi, nama, NIM, maksud Pengesahan, waktu pelaksaan ujian, nama susunan tim penguji (Ketua tim, penguji utama, penguji I, Penguji II dan sekertaris) dan diketahui oleh ketua STAIN Samarinda.
Halaman Pengesahan ditandatangani oleh panitia ujian setelah karya tulis diperbaiki sesuai dengan petunjuk dan saran penguji dan anggota ujian lainnya.

d) Halaman Persembahan (Jika ada)
Halaman ini diperuntukan kepada mahasiswa atau penulis karya ilmiah untuk mengekspresikan persembahan karya ilmiah yang telah dibuat kepada orang-orang terdekat, terhormat, dan orang yang tekah berperan atas selesainya karya ilmiah tersebut terlebih untuk anggota keluarga.

e) Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari karya ilmiah yang dibuat penulis. Abstrak juga dapat disebut sebagai miniatur dari hasil penelitian yang telah disusun dalam bentuk skripsi. Sebagai miniatur dari skripsi abstrak memuat nama penyusun, judul skripsi, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan hasil penelitian serta kesimpulan.

f) Motto
Halaman ini diperuntukan kepada mahasiswa untuk menulis ekspresi dari semboyan hidup penulis. Motto dapat berupa Firman Allah SWT, Hadits, Diktum-diktum ulama, syair-syair islami dan kata-kata hikmah lainnya.

g) Kata Pengantar
Halaman pengantar berisi Tahmid kepada Allah swt dan Sholawat kepada nabi Muhammad Rosullah saw. Serta para sahabat setelah itu, dilanjutkan dengan tujuan penyusunan dan ucapan terima kasih kepada semua fihak yang memiliki peran dalam penyusunan karya ilmiah, ungkapan terima kasih diutarakan secara wajar, tidak berlebihan, tidak terlalu merendahkan diri dan tidak perlu ada ucapan permintaan maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam karya tulis yang bersangkutan, karena karya tulis yang ada merupakan karangan ilmiah yang bersifat objektif. Ucapan terima kasih disampaikan kepada antara lain :
1. Ketua/Rektor Perguruan Tinggi
2. Dekan/ Ketua Jurusan yang bersangkutan
3. Pembimbing atau promotor
4. Lembaga atau instansi tertentu tempat penulis mengadakan penelitian atau memperoleh informasi
5. pimpinan perpustakaan tertentu yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi pustaka
6. dosen-dosen dan lainnya yang telah memberikan tuntunan dan bantuan.

h) Daftar Isi
Out line atau daftar isi memuat secara rinci seluruh isi pokok-pokok karya ilmiah. Daftar Isi ini disususn secara spesifik tentang seluruh isi karya ilmiah dengan menunjukkan nomor isi yang bersangkutan dan nomor halaman tiap item yang bersangkutan. Cara-cara penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Bagian awal karya tulis ilmiah ditulis tanpa menggunakan nomor, dihubungkan dengan titik-tik hingga sambung dengan nomor halaman masing-masing isi. Nomor halaman bagian awal ini ditulis dengan angka romawi kecil.
2. Karya tulis dengan berbahasa latin, kata ‘BAB’ atau ‘CHAPTER’ ditepi sebelah kiri, kemudian diikuti nomor bab dan judul bab. Selanjutkan dibawah judul bab dicamtumkan nomor dan judul-judul dari bagian bab. Untuk nomor halaman dicantumkan disebelah kanan yang dihubungkan dengan titik-titik dengan bagian yang diberi nomor.
3. Karya tulis yang menggunakan bahasa Arab, kata ‘ ‘ dicantumkan ditengah-tengah diikuti dengan ‘ ‘, ‘ ‘, ‘ ‘, dan seterusnya. Judul bab ditulis dibawahnya. Selanjutnya bagian-bagian dari bab dicantumkan ditepi sebelah kanan beserta nomor-nomor bagian dengan sistem penomoran yang menggunakan huruf arab. Nomor Halamnan dicantumkan disebelah kiri dengan dihubungkan dengan titik-titik dengan bagian yang diberi nomor halaman itu.

i) daftar tabel
Jika dalam karya ilmiah memuat lebih dari lima buah tabel, maka maka perlu dibuatkan daftar tabel tersendiri beserta nomor tabel dan nomor halaman. Daftar tabel ini juga dimasukkan dalam daftar isi.
Kata ‘Daftar Tabel’ dicamtumkan di tengah-tengah halaman. Selanjutnya, judul-judul tabel dicantumkan secara berrutan dengan diberi nomor dengan diikuti nomor halaman yang memuatnya.

j) Daftar Ilustrasi/Gambar
Jika dalam suatu karya ilmiah terdapat lebih dari lima gambar/ilustrasi seperti diagram, grafik, dan sebagainya, maka diperlukan daftar ilustrasi/gambar tersendiri. Cara penyusunannya seperti pada daftar tabel.

2. Bagian Tengah

a) Pendahuluan
Isi Pendahuluan merupakan penjelasan-penjelasan yang erat sekali hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam bab-bab. Penjelasan-penjelasan ini dapat dirinci sebagai berikut :



1. alasan pemilihan problematika (pokok masalah). Alasan itu harus meyakinkan sehingga pokok masalah dapat dibahas lebih mendalam dalam sebuah karya ilmiah.
2. perumusan masalah itu disertai latar belakangnya yang sesuai
3. prosedur pemecahan masalah dijelaskan dengan menyebutkan metode-metode yang dipakai dan tata kerja yang akan ditempuh penulis. Lebih jelas langkah ini dibahas dalam sub bab, metodologi penelitian.
4. sumber-sumber yang ada relevansinya dan dapat dipertanggungjawabkan untuk memecahkan masalah tersebut.
5. Rangkuman karya tulis yang disusun secara singkat yang padat.

b) Bab.-Bab. Penguraian
Uraian karya tulis itu harus memuat tafsiran-tafsiran, analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan sebagainya yang merupakan jawaban terinci atas persoalan yang berhubungan dengan pokok-pokok pembahasan penulis secara proporsional.
Uraian tentang hal yang bersifat teoritis yang data-datanya diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan ditempatkan pada permulaan penguraian masalah. Data-data serta analisisnya yang diperoleh melalui penelitian dibicarakan setelah itu. Dan yang terakhir adalah kesimpulan.

c) Kesimpulan
Kesimpulan ditarik dari pembuktian atau dari uraian yang ditulis terdahulu dan bertalian erat dengan pokok masalah, dengan demikian tidak dapat dibenarkan apabila sesuatu yang dibahas dalam bab-bab penguraian diambil dari kesimpulan.
Kesimpulan bukanlah ikhtisar dari apa yang ditulis terdahulu. Ikhtisar dapat dilakukan, akan tetapi dengan tujuan untuk mencapai hubungan antara sekelompok data dan pokok masalah agar sampai kepada kesimpulan-kesimpulan tertentu. Bab ini juga dapat memuat uraian yang menunjukkan proses pemikiran untuk sampai pada kesimpulan itu. Data atau informasi baru tidak dapat dimasukkan dalam bab kesimpulan ini.

3. Bagian Akhir

a) Daftar Pustaka
Semua sumber kepustakaan, baik berupa ensiklopedi, buku-buku, majalah atau surat kabar perlu disusun dalam daftar khusus yang diletakkan pada akhir karya ilmiah. Apabila di antara sumber-sumber kepustakaan itu ada yang bertulisan selain huruf latin, ditulis dengan transliterasinya. Untuk karya tulis berbahasa arab, daftar pustaka yang berhuruf selain Arab, ditulis dengan huruf latin.

b) Lampiran

1. Isi lampiran
Isi lampiran adalah hal-hal yang merupakan kelengkapan pembahasan, akan tetapi tidak mempunyai kaitan yang terlalu langsung dengan masalah yang dibahas, misalnya angket, tanda bukti penelitian, hasil wawancara, tabel-tabel perhitungan dan lain-lain.
2. Urutan Lampiran
Urutan lampiran harus disusun sesuai dengan urutan antara masalah-masalah yang dibahas dalam tubuh karya tulis. Lampiran yang berhubungan dengan uraian masalah pada bab I lebih didahulukan daripada lampiran yang yang berhubungan dengan Bab II, dan seterusnya.

BAGIAN V
TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH


Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan memberi pedoman dalam rangka menjaga konsistensi bentuk dan tulisan yang berlaku di STAIN Samarinda. Sehingga, aturan ini lebih bersifat teknik-lokalitas sesuai dengan aturan yang berlaku di institusi yang bersangkutan. teknik Penulisan ini terkait aturan beberapa hal antara lain : Penggunaan bahasa, Bentuk tulisan judul, jenis dan ukuran kertas, jumlah halaman, sistem kutipan, penomoran, transliterasi, catatan kaki, daftar pustaka, dan beberapa aturan teknik pengetikan terkait beberapa hal diatas.

A. Penggunaan Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah adalah bahasa Indonesia, inggris dan Arab. Penggunaan bahasa-bahasa tersebut haruslah baik dan benar sesuai kaidah bahasa yang baku. Yakni, dalam membahasakan isi sebuah karya tulis ilmiah harus disajikan dalam bahasa secara formal dan tepat, tidak berbeliti-belit dan langsung ke persoalan (to the point). untuk itu diperlukan bahasa yang lugas dan menggunakan ejaan yang benar. Tanda seperti koma, titik koma, titik, tanda seru dan sebagainya digunakan sebagaimana mestinya menurut ejaan bahasa yang sempurna. Adapaun tanda-tanda lain yang digunakan oleh penulis haruslah diberi keterangan maksud dan artinya.

B. Bentuk Tulisan Judul

1. Judul Karya Tulis dan Judul Bab.
Judul karya tulis dan judul bab ditulis dengan huruf kapital semua tanpa titik dan tanpa garis bawah. Judul di tulis ditengah-tengah halaman bagian atas karya tulis dengan sistem tebal (Bold). Judul yang panjang disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan.

2. Judul Sub-sub dan bagian-bagiannya
Judul sub-bab dan bagian-bagiannya yang lebih kecil lagi ditulis dengan dengan kapitalisasi, Artinya, setiap huruf awal kata, kecuali partikel, seperti: ke, dalam, dari dan sebagainya, ditulis dengan huruf kapital. Pada karya tulis yang menggunakan bahasa Arab sebagai ganti kapitalisasi, dipakai garis bawah, yaitu untuk judul sub bab dan sub-sub bab saja. Dan bagian yang lebih kecil tidak diberi garis bawah.

C. Jenis dan Ukuran Kertas
Kertas yang digunakan dalam penulisan karya tulis Ilmiah baik skripsi, tesis, disertasi, makalah, artikel jurnal dan bentuk karya lainnya di STAIN samarinda menggunakan kertas jenis HVS 80 miligram. Adapun kertas tersebut berukuran kuarto atau A4 210x297mm.

D. Jumlah Halaman
Jumlah halaman Karya ilmiah tidak ada batasan tertentu. Namun, untuk konsistensi dan menjaga kualitas sebuah karya tulis ilmiah, skripsi misalnya, sekurang-kurangnya harus 50 (lima puluh) halaman bagi karya berbahasa Indonesia dan 40 halaman bagi karya yang berbahasa asing ( Inggris dan Arab ).

E. Kutipan
Dalam penulisan karya ilmiah, secara garis besar terdapat 2 bentuk kutipan, sebagai berikut :

1. Kutipan langsung
Kutipan langsung adalah isi sebuah karya tulis ilmiah sebagai hasil pengutipan dari referensi asli dan langsung. Kutipan ini bentuknya sama dengan bentuk asli sebuah teks yang dikutip dalam hal susunan kata dan tanda bacanya. Kutipan langsung sendiri ada beberapa bentuk.

a) Prosa
Kutipan dalam bentuk prosa yang panjangnya tidak lebih dari lima baris dimasukkan sebagai bagian teks karya tulis dan dituliskan diantara tanda petik rangkap. Bila macam tulisan teks (Latin dengan Arab atau sebaliknya), maka dipisahkan dari teks dan diketik sedemikian rupa sehingga tidak melanggar norma penulisan ilmiah dan estetika.

b) Puisi
Kutipan yang berbentuk puisi yang terdiri dari satu baris dimaksukkan sebagai bagian dari teks karya tulis dan dituliskan diantara tanda petik rangkap. Adapun Puisi yang terdiri dari dua baris atau lebih dipisahkan penulisannya dari karya tulis, tanpa tanda petik rangkap sebelum dan sesudahnya. Termasuk dalam puisi ini adalah syair ( شعر) dalam bahasa arab dan juga kata-kata mutiara atau حكم .

Contoh :
Yang bertuliskan huruf latin :

Kalau aku bicara pada-Mu, Tuhan
Bukan mau mengadukan dera dan derita
Tak kuharapkan kau berdiri di depan
Ke dahiku mengulaskan tangan mereka


Yang bertuliskan Arab

c) Ayat Al Qur’an dan al Hadist
Kutipan yang berasal dari beberapa ayat al Qur’an dan Hadist dituliskan dengan huruf Arab, sebagaimana aslinya. Caranya sama dengan yang disebutkan dalam prosa diatas. Bedanya, ayat-ayat al Qur’an yang dikutip perlu disebutkan nama, nomor Surat dan nomor ayat yang dikutip pada akhir kutipan dengan bingkai tanda kurung biasa. Sedangkan kutipan yang berasal dari hadist harus dilengkapi dengan sanad dan rawinya dengan bingkai tanda kurung biasa pula.


Contoh :
a. yang berasal dari ayat-ayat al Qur’an

....... Diantara ciri-ciri orang yang taqwa itu ialah sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah dalam al Qur’an :

b. contoh yang berasal dari Hadist


........ Zikrullah atau mengingat Allah SWT adalah cara yang efisien dalam mendekatkan diri kepadaNya, sebagaimana diterangkan dalam sabda Rasulullah SAW :

d) Anotasi
Bentuk kutipan langsung lain adalah anotasi. Anotasi adalah keterangan pendek yang dapat lebih memperjelas suatu pernyataan dalam karya tulis ilmiah. Kutipan ini dapat disisipkan sesudah kata-kata ungkapan kalimat yang diberi keterangan itu, dituliskan diantara tanda kurung besar jika kurang dari satu baris. Apabila anotasi itu sampai mencapai satu baris atau lebih, maka dituliskan sebagai catatan kaki.

Contoh :

Khalifah Abu Ja’far al Mansur (Khalifah kedua dari daulah Abbasiyah) memerintahkan Anas bin Malik untuk mengumpulkan semua Hadist yang ia ketahui.

e) Kalimat Elips
Kalimat elips juga merupakan bentuk kutipan langsung yang sering ditemui dalam sebuah karya tulis ilmiah. Kalimat elips merupakan kalimat yang bagian tertentunya ada yang dibuang. Kutipan yang berbentuk kalimat elips dimasukkan dalam bagian teks kecuali dituliskan diantara tanda petik rangkap dibatasi dengan tiga buah titik sebelum atau sesudahnya.

 Kalimat Elips yang Dibuang Bagian Akhirnya.

Kalimat Elips yang dibuang bagian akhirnya, maka pengutipannya dengan cara kalimat yang dikutip dimasukkan ke dalam teks hingga bagian akhir yang ingin dikutip dengan ditambahkan tiga titik dibelakangnya, diantara bagian yang dikutip diapit dua tanda petik rangkap.

Contoh :
Sehubungan dengan hal-hal yang memperkuat pendidikan akhlak itu, Prof. Dr. Ahmad berpendapat diantaranya bahwa, “yang lebih penting memberi dorongan kepada pendidikan akhlak ialah supaya orang mewajibkan dirinya melakukan perbutan yang baik.....”

 Kalimat Elips yang dibuang bagian Awalnya

Kalimat Elips yang dibuang awalnya, tata cara pengutipannya sama dengan kalimat elips yang dibuang akhirnya. Bedanya, dibagian awalnya terlebih dahulu ditambah tiga titik dengan diapit tanda petik rangkap. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :

Mengingat macam-macam hadist para ulama musthalah telah membaginya menjadi berpuluh-puluh macam. Sekalipun begitu “... semuanya berpokok pangkal pada pokok yang ketiga, yaitu sahih, hasan dan daif.”

o Kalimat Elips yang dibuang Bagian Awal dan Akhirnya

Para malaikat itu “... selalu taat menjalankan apa saja yang diperintahkan Allah ...”





o Kalimat Elips yang dibuang Bagian Tengahnya

“malaikat ... selalu taat menjalankan apa saja yang diperintahkan Allah kepada mereka.”

f) Interpolasi
Karena kutipan langsung harus diambil tepat sama dengan aslinya, apabila terdapat kesalahan dalam sumber kutipan dapat dilakukan koreksi dengan menulis (sic).

2. Kutipan tak langsung

Yang dimaksud dengan kutipan tidak langsung disini adalah kutipan yang hanya mengambil isinya saja, seperti saduran, ringkasan dan parafrase. Kutipan isi atau parafrase yaitu kutipan yang hanya mengambil isi atau maksud dari kalimat-kalimat yang ditulis dalam buku sumber.


3. Teknik Pengetikan
a. Karya tulis diketik berspasi dua. Margin (jalur pinggir kertas) selebar 4 cm pada tepi kiri bagi karya yang menggunakan bahasa latin dan kanan bagi yang berbahasa Arab, 3 cm untuk lajur sebelah kanan bagi karya berbahasa latin dan lajur sebelah kiri bagi karya berbahasa Arab, 4 cm untuk tepi sebelah atas dan 3 cm untuk lajur bawah. Semuanya lajur tersebut haruslah dikosongkan.
b. Setiap lembar kertas harus diketik pada satu halaman saja
c. Pengetikan menggunakan komputer dengan bentuk font Times New Roman 12, Book Antiqua 12. Sedangkan bagi karya berbahasa arab menggunkan font Arabic Tradisional 14.
d. Pada alinea baru, ketikan baru dimulai setelah tujuh indentasi (ketukan) dari garis margin.
e. Antara teks dan catatan kaki ada batas berupa garis sepanjang empat belas ketukan tik dimulai dari garis margin kiri bagi karya yang tulis yang berhuruf latin dan dari margin kanan bagi karya tulis yang berhuruf Arab.
f. Nomor catatan kaki diketik setelah tujuh ketukan tik dari garis margin, sama dengan awal alinea baru jaraknya. Nomor ini diangkat sedikit ke atas garis biasa dan tidak diberi titik. Baris pertama dari catatan kaki diketik sesudah nomor tersebut tetapi pada baris biasa, sedangkan baris kedua dan seterusnya dimulai dari garis margin dan diketik berspasi satu bagi yang bertulisan latin dan satu setengah bagi yang bertulisan Arab.
g. Bila dalam satu halaman terdapat lebih dari satu catatan kaki, maka jarak antara catatan kaki satu dengan catatan kaki yang lain adalah dua spasi.

Contoh :

1 Abdurrahman Wahid, ‘Pesantren Sebagai Sub Kultur”, dalam M. Dawam Raharjo (editor), Pesantren dan Pembaharuan, LP3ES, Jakarta, 1995, Halaman 39-60.

2 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3ES, Jakarta, 1982, Halaman 18.


h. Suatu catatan kaki tidak boleh dilanjutkan ke halaman berikutnya.
i. Catatan kaki harus diketik pada halaman yang sama dengan teks yang diberi catatan kaki itu.
j. Catatan kaki pada halaman teks yang tidak penuh tetap diketik pada bagian bawah halaman itu.
k. Judul buku dan nama sumber lainnya, singkatan seperti ibid, op.cit, loc.cit dalam catatan kaki diketik miring. Demikian juga kata-kata asing yang masih mengikuti ejaan aslinya.
l. Dalam memotong kata pada akhir baris harus dihindari pemotongan suku kata yang terdiri dari satu huruf, seperti : memula-i, apabila dan sebagainya. Suatu bilangan bernama tidak boleh dipotong, seperti : Rp. 5000, pukul 12. 00 WITA dan sebagainya. Bila nama itu di tulis setelah nama bilangan dan bukan singkatan, pemisahan boleh dilakukan, seperti : 10 kilometer, 15 rupiah dan sebagainya.
Demikian juga inisial nama orang tidak boleh dipisahkan dari nama keseluruhan, seperti : H.A. Agus Salim, R.A. kartini dan sebagainya.
m. Dalam tulisan Arab tidak dibenarkan adanya pemenggalan kata, termasuk kata ganti yang berhubungan dengan kata yang bersangkutan.

4. Sistem penomoran
a. Halaman-halaman dari bagian awal, nomor halamannya berupa angka romawi kecil, seperti: i,ii,iii, dan seterusnya. Dimulai dari halaman pengantar dan diletakkan ditengah bagian bawah halaman bagi yang bertulisan latin. Pada karya tulis yang bertulisan Arab, angka romawi kecil diganti dengan abjad Arab, seperti : , , , , , dan sebagainya.
b. Bagian teks, dari bagian penmdahuluan dan seterusnya, nomor halamannya berupa angka : 1, 2, 3 dan seterusnya bagi yang bertulisan latin dan angka Arab bagi yang bertulisan Arab. Nomor tersebut ditulis pada sudut kanan bawah untuk tiap halaman pertama dari masing-masing bab bagi yang bertulisan latin dan sudut kiri bawah bagi yang bertulisan Arab. Nomor 2 dan seterusnya ditulis disudut kanan atas bagi yang bertulisan latin dan kiri atas bagi yang bertulisan arab.
c. Bab di beri nomor dengan angka romawi besar seperti : BAB I, BAB II, BAB III dan seterusnya diletakkan ditengah atas judul bab bagi yang bertulisan latin. Sedangkan bagi yang beretulisan arab, bab itu ditulis penuh dengan huruf arab seperti : dan seterusnya.
d. Untuk penomoran digunakan sistem kombinasi antara angka romawi, angka arab, dan huruf latin. Bagi karya yang menggunakan huruf latin, maka urutan penomorannya itu ialah : angka romawi besar untuk nomor bab, dan huruf kapital, untuk sub-sub bab menggynakan angka secara bergantian.
e. Judul bab ditulis ditengah, baris pertama, kedua dan selanjutnya diketik ke margin pertama lagi. Judul sub-sub dimulai pada margin pertama dan judul sub-sub bab ditulis pada margin keempat, seperti contoh di bawah ini:


BAB II
ISLAM DAN PEMBENTUKAN KELUARGA

A. Pengertian, Sumber, dan Pokok-pokok Ajaran Islam

I. Pengertian dan Sumber Ajaran Islam
a. al Qur’an
1) As Sunnahf
a) .....................
(1) ......................
(a) .....................

B. Pokok-pokok Ajaran Islam
1. Pengertian Iman
a. ......................
1) .................
a) ................
2. Pengertian Islam
a. ......................
1) .................
a) ................

3. Pengertian Ihsan
a. ......................
1) .................
a) ................


Bagi Karya tulis yang menggunakan bahasa Arab, maka urutan penomorannya itu ialah : untuk bab dipakai bilangan tingkat (bahasa arab) yang ditulis dengan huruf. Untuk sub-sub dipakai abjad arab, suntuk sub sub bab dipakai angka arab dan seterusnya. Juga, judul-judul sub-sub, sub-sub bab diberi garis bawah.



Contoh :




ADA DUA HALAMAN ARAB

f. Nomor kutipan atau catatan kaki pada masing-masing bab ditulis berturut-turut sampai akhir bab dan dimulai dengan nomor satu.
g. Nomor tabel atau ilustrasi ditulis dengan angka. Pada daftar tabel atau ilustrasi nomor disusun secara berurutan kebawah (lihat lampiran)
h. Bilangan-bilangan dalam teks yang terdiri dari 1 atau 2 kata ditulis penuh dengan huruf. Bilangan yang lebih dengan dua angka ditulis dengan angka.

Persen, tanggal, nomor rumah, nomor telpon, jumlah uang, pecahan desimal dan disertai dengan singkatan selalu ditulis dengan angka, seperti: 5 %, 7 April, Jalan Angrek nomor 7, telepon 741925, Rp.8,00, 0,04, 8m, dan sebagainya.
Kalimat tidak boleh dimulai dengan angka. Untuk menghindari itu susunan kalimat harus diubah. Kalau terpaksa kalimat itu tidak dapat diubah susunannya, maka angka itu ditulis penuh dengan huruf.

5. Nama Pengarang dalam Daftar Pustaka
a. Daftar pustaka atau bibliografi disusun mulai nama pengarang dan diurutkan mengikuti huruf abjad. Dengan nama pengarang juga dimaksud nama badan, lembga, panitia, dan sebagainya, yang menyusun karanagn itu. Kalau nama pengarang itu tidak ada, yang diambil adalah kata pertama dalam judul itu.
b. Kalau ada dua karangan atau lebih berasal dari seorang pengarang, nama pengarang cukup dicantumkan satu kali, lainnya cukup dignti dengan garis sebanyak tujuh indentasi (ketuk) dari garis margin.
c. Bentuk keteranag dalam daftar pustaka hampir sama dengan catatan kaki.
d. Nama pengarang diketik mulai dari margin kiri bagi yang bertulis Latin dan margin kakan bagi yang bertulis dengan huruf Arab, baris kedua dan seterusnya diketik setelah empat pukulan tik dari garis margin dengan spasi satu
e. Gelar kebangsawaanan dan Akademik dicantuimkan dan diletakkan di bagian nama.

Contoh:
Prof.Dr.Andi Hakim Nasution
Menjadi :
Nasution, Andi Hakim, Prof.Dr.

Nama buku menggunakan kapitalisasi, dengan urutan selanjutnya sama dengan catatan kaki tetapi tidak menggunakan tanda kurung.
f Ada dua sumber pustaka jaraknya dua spasi.
g Daftar pistaka tidak menggunakan nomor urut


6. Transliterasi

Yang dimaksud dengan transliterasi disini ialah trasliterasi dari tulisan huruf Arab ke tulisan Latin. Petunjuk ini diperlukan terutama bagi mereka yang dalam teks karya tulisnya ingi menggunakan beberapa istilah Arab yang belum dianggap sebagai kata bahadsa Indonesia, atau masih terbatas penggunaannya. Istilah dimaksud seperti :



Atau ingin menyebutkan nama lembaga yang menggunakan huruf Arab, seperti:



Atau nama orang tau judul buku yang aslinya ditulis dengan tulisan Arab.

Mengenai trasliterasi ini digunakan sebagai pedoman keputusan Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayan RI.

C. Kutipan

Terdapat beberapa prinsip mendasar yang perlu dicermati terkait dengan kutipan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kutipan yang panjangnya kurang tiga baris dimasukkan ke dalam teks dan diberi tanda petik rangkap pada awal dan akhir kutipan.
b. Kutipan yang panjangnya enam baris atau lebih diketik berspasi satu bagi karya tulis yang ditulis dengan huruf latin dan berspasi satu setengah bagai karya tulis yang dengan huruf Arab, dengan mengosongkan empat pukulan tik dari garis margin sebelah kiri bagi karya tulis berhuruf latin dan margin sebelah kanan bagi karya tulis berhuruf Arab.

Contoh :
Yang bertuliskan latin :

Pernyataan ini didukung Zamakhsyari Dhofier dalam makalah ‘Kultur Pesantren dalam Perspektif Masyarakat Modern‘ yang disampaikan dalam pertemuan cendekiawan muslim di Jakarta pada 26–28 Desember 1984 sebagai berikut :
…Kaum intelektual muslim di kota-kota selama ini tenggelam dalam alam pikiran bahwa pondok-pondok pesantren sulit untuk di ajak berdialog dan sulit di ajak maju. Kita selama ini hanya bisa mengkritik bahwa pondok pesantren bersifat tradisional, kolot dan resistant terhadap perubahan. Gerakan-gerakan yang dimunculkan kalangan pesantren baik tahun 1926, tahun 1953 maupun yang terjadi saat ini di Situbondo (tahun 1984) seringkali dianggap sebagai suatu penarikan diri atau selalu bersikap political apathy

Yang berbahasa Arab


Jika dalam kutipan terdapat alinea baru, maka alinea baru itu tetap dimulai setelah tujuh indentasi (ketukan) tik dari garis margin. Apabila perlu menyisipkan sesuatu dalam kutipan, maka dipergunakan tanda kurung besar [ ...... ] . tanda kurung ini biasanya tidak terdapat pada mesin tik dan oleh karena itu haruslah ditulis dengan pena yang bertinta hitam.

c. Kalau dalam kutipan terdapat tanda petik rangkap, maka tanda petik itu harus diubah menjadi tanda petik tunggal.

Contoh :

Dalam Disertasi Abdurrahman Mas’ud, The Pesantren Architects and Their Sosio Relegious Teaching , UCLA, AS, 1997, halaman 32 disebutkan bahwa :

“Traditional” is not necessarily intellectually conservative, as has been proven by the steadfast tradition of the islamic quest, namely the santri thirst for knowledge. The function of Islamic teaching at the hands of the ‘ulama’ shows that the intellectual dynamism in the community remained in essence, uninterrupted, throughout the centuries.

Kutipan menjadi :

Dalam Disertasi Abdurrahman Mas’ud, The Pesantren Architects and Their Sosio Relegious Teaching , UCLA, AS, 1997, halaman 32 disebutkan bahwa :

‘Traditional’ is not necessarily intellectually conservative, as has been proven by the steadfast tradition of the islamic quest, namely the santri thirst for knowledge. The function of Islamic teaching at the hands of the ‘ulama’ shows that the intellectual dynamism in the community remained in essence, uninterrupted, throughout the centuries.

d. Kata-kata yang tidak bergaris dalam sumber aslinya tetapi oleh pengutip diberi garis bawah, maka perlu ditambahkan catatan “diberi garis bawah” dalam kurung besar sesudahnya.

Contoh :

Pada Kutipan Asli:

“Pada tahun 2005, penduduk Kota Samarinda berjumlah 1,2 juta jiwa”

Maka Kutipan itu menjadi :

“Pada tahun 2005, penduduk Kota Samarinda berjumlah 1,2 juta jiwa” (diberi garis bawah).

e. Tiap kutipan diberi nomor pada akhir kutipan. Nomor itu diangkat sedikirt diatas baris biasa (lihat kutipan-kutipan pada contoh)


D. Catatan Kaki

Yang dimaksud dengan catatan kaki disini adalah catatan pada bagian bawah teks yang menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat atau keterangan penyusun mengenai sesuatu hal yang diuraikan dalam teks. Cara penulisan catatan kaki yang berasal dari berbagai sumber pada dasarnya sama, yaitu secara berurutan : nama pengarang, koma, judul buku, koma, kurung buka, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit, kurung tutup, koma, nomor cetakan, koma, jilid dan nomor halaman.
Nama buku diketik miring (italic) atau huruf tebal (bold). Halaman disingkat dengan hal., bagi yang bertulisan latin dan dengan ص bagi yang bertulisan Arab ( singkatan dari صفحة )
Nama pengarang ditulis sesuai dengan yang tercantum dalam buku karangannya. Pangkat dan gelar tidak perlu dicantumkan.





Meskipun begitu, ada sedikit perbedaan mengingat sumber-sumber yang bermacam-macam.

1. Dari Buku

Contoh-contohnya :

Jurji Zaydan, Tarikh al Tamaddun al Islami, (Kairo: Dar ul Hilal, 1968), vol. I, hal.. 36-37.

2 Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif: Ceramah-Ceramah di Kampus, (Bandung: Mizan, 1997), hal. 65.


Jika pengarang terdiri dari dua orang, maka harus dicantumkan keduanya.
E.L Thorndike and Clarence L. Barnhart, Advanceu Junior Dictionary, (NewYork : Doubleday and Company, Inc., 1965), Hal. 257.

Apabila pengarang suatu buku lebih dari dua orang, hanya disebutkan nama pengarangnya yang pertama dan setelah tanda koma dituliskan et.al (dengan ketikan miring). Singkatn itu merupakan kepanjangan dari et alii (berarti : dengan orang lain), dan untuk kata-kata yang berbahasa Arab digunakan istilah ن و واخر
J.S. Colemen, et.al., E.L Thorndike and Clarence L. Barnhart, Advanceu Junior Dictionary, (NewYork : Doubleday and Company, Inc., 1965), Hal. 257.

Apabila dua sumber atau lebih pengarangnya sama, jika ingin menyebutkan lagi sumber yang terdahulu harus dicantumkan nama pengarang dan diikuti dengan nama buku yang dimaksud. Disini digunakan istilah op.cit, (dalam bahasa arab المرجع السابع ) atau loc. Cit ( dalam bahasa arab نفس المكان ).

Contoh :

Noeng Muhadjir, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000) , Edisi IV, ,Hal. 17.

2Anton Bekker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), Hal. 61.

3 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Op. Cit., Hal. 6

4 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Raja Grafindo Persada, 1996, Hal. 134.

5Anton Bekker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Loc. Cit.


Kalau dalam tulisan Arab sebagai berikut :

Singkatan op.cit dan loc. Cit atau نفس المكان ., seperti diatas jika pada halaman yang sama, apabila buku itu berjilid dan yang digunakan lebih dari satu jilid, maka bila ingin lagi menyebut sumber yang terdahulu harus dicantumkan nama pengarang dan nomor jilidnya.

Kumpulan karangan yang dirangkum oleh editor, jika didalamnya tercatat penulisnya, maka yang dicantumkan dalam catatan kaki adalah nama penulis, judul tulisan dengan tanda petik tunggal, koma, dalam, nama editor, dalam kurung ed., nama buku, koma dan seterusnya.

Contoh :

Mahfudz Junaidi, “Konsep Tujuan Pendidikan Dalam Prespektif Al-Our’an”, dalam Isma’il SM, et.al. (editor), Paradigma Pendidikan Islam, (Jogjakarta, Kerjasama Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo - Pustaka Pelajar, 2001), Hal. 196-197.

Jika nama penulis tidak tercantum, maka hanya disebutkan nama editornya ditambah dalam kurung ed.

Contoh :

Alfian (ed.), Segi-segi Sosial Masyarakat Aceh, (Jakarta, LP3ES, 1977), Hal. 129.

Bila dalam sumber yang dikutip tidak tercantum nama pengarangnya, yang dianggap dan dicantumkan sebagai pengarang adalah badan, lembaga, perkumpulan dan sebagainya yang menerbitkannya.

Contoh :

Pemerintah Daerah Samarinda, Badan Amil Zakat, Infaq dan Sadaqah (Bazis), Pokok-pokok Pendayagunaan Zakat Fitrah Produktif, (Samarinda, 2001), Hal. 25.

2. Dari al Qur’an

Untuk kutipan ayat atau ayat-ayat Al Qur’an tidak diperlukan catatan kaki karena nama dan nomor surah serta nomor ayat telah dituliskan pada akhir ayat yang dikutip.


3. Dari Terjemahan al Qur’an atau tafsir, Hadist atau Terjemahannya

Catatan kaki untuk hal-hal ini sama dengan sumber yang berasal dari buku.

4. dari Majalah
Majalah yang bertulis Latin maupun Arab pada prinsifnya sama dengan kutipan yang berasal dari buku. Bedanya, kalau dari majalah, nama judul artikel dituliskan diantara tanda petik rangkap dan nama majalah diberi garis bawah, diikuti volume, koma, nomor, kurung buka, bulan, koma, tahun, kurung tutup, koma, dan nomor halaman.

Contoh :

Richard Thomas, “Menguak Abad Baru Hijrah di Eropa”, Panji Masyarakat, XII, 314 (Pebruari, 1981), Hal. 19.

5. Dari Surat Kabar

Hanya menuliskan judul tulisan atau rublik, surat kabar (diberi garis bawah), tempat terbit dalam kurung, tanggal, dalam tahun terbit, dan diakhiri dengan nomor halamannya.

Contoh :

Rencana Undang-undang Pendidikan Nasional, Kompas, (Jakarta), 5 September 1988, Hal. 4

Kalau kutipan diambil dari artikel dengan nama yang jelas pada suatu surat kabar, catatn kaki dimulai nama pengarang dan judul artikel diapit tanda petik rangkap.

Contoh :
Ridwan Malik,”Pembiayaan Kesehatan di Indonesia”, Kompas (Jakarta), 6 September 1988, Hal. 4



6. Dari karangan yang Tidak diterbitkan

Karangan yang tidak diterbitkan dapat berupa skripsi, tesis, atau desertasi. Cara mengutipnya adalah disebutkan nama pengarangnya, judul karangan yang ditulis diantara tanda petik rangkap, disebut skripsi, tesis atau desertasi, kurung buka, nama tempat penyimpanan, kurung tutup, dan halaman tidak diterbitkan yang disingkat dengan t.d. ( )

7. dari Wawancara
Disebutkan secara berurutab wawancara dengan siapa, identitasnya, tempat, bentuk wawancara,dan tanggal wawancara.

Contoh :

Rahmad Hidayat, Ketua Pengadilan Tinggi Agama Samarinda, Wawancara Pribadi, Samarinda, 4 Desember 1987.

8. dari Ensiklopedi
Disebutkan nama editornya yang disingkat dengan ed. (diberi garis bawah), nama entrinya ditulis diantara tanda petik rangkap, nama ensiklopedi dan garis bawah, nama tempat dan tahun penerbitan, serta nomor halamannya.

Contoh :

H.A.R.Gibb dan J.H. Kramers, (ed), “Khamr”, Shorter Enciclopedia of Islam, (Leyden : Brill, 1987), Jilid 3, Hal. .234


E. Singkatan-Singkatan

Singkatan-singkatan yang dimaksud diatas ada dua macam, yaitu ada yang biasa digunakan dalam teks dan ada yang khusus digunakan dalam menuliskan catatan kaki.





1. Singkatan yang lazim

Di dalam teks digunakan singkatan-singkatan yang lazim, baik yang bertuliskan latin maupun arab. Pada umumnya, dalam tulisan arab singkatan-singkatan jarang dijumpai, tetapi terkadang kita menemukannya.

Contoh :
Dalam teks bertuliskan latin, kita biasa menemukan singkatan lazim seperti di bawah ini :


Singkatan Kepanjangan dari :
SWT
SAW
As
H
M
S.M.
W
Q.S
m
km
gr
kg
Rp. Subhanahu wata’ aala
Shollallahu a’laihi Wa Sallam
‘Alaihi Wa Sallam
Hijriyah
Masehi
Sebelum Masehi
Wafat
Quran Surah
meter
Kilometer
gram
Kilagram
Rupiah

2. Singkatan Khusus

Yang dimaksud dengan singkatan khusus adalah singkatan yang laz imnya dipakai dalam menuliskan catatan-catatan kaki, karena catatan kaki tidak selalu dituliskan lengkap seperti dalam contoh-contoh di atas, kecuali untuk yang pertama kalinya. Singkatan dimaksud misalnya : ibid, dari ibidum, loc.cit. dari loco citato, op.cit. dari opere citato, et.al dari et alii, ed. Dari editor.
Ada singkatan lain yang dapat digunakan seperti np. dari no place ( ), tanpa tempat (tt), nd. Dari no date, ( ) , tanpa tahun (tth.), n.pb. dari no publisher, ( ), tanpa penerbit (tpn), j. Dari jilid, vpl. Dari volume, dari .

BAGIAN VI
SYARAT, STATUS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN

Dalam penyusunan skripsi, masiswa dibimbing seorang Pembimbing dan Asisten Pembimbing yang memiliki keahlian dan kosentrasi yang sesuai dengan judul penelitian bimbingannya serta mempunyai kopetensi metodologi dan kemampuan subtantif dengan masalah penelitian yang diangkat. Pembimbing dan asisten pembimbing tersebut, di SK kan oleh Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda.
Yang berhak diangkat Pembimbing dan Asisten Pembimbing adalah dosen tetap maupun dosen luar biasa yang memenuhi persyaratan tertentu.

A. Syarat – syarat Pembimbung
1. Pembimbing Skripsi
Pembimbingan skripsi mahasiswa STAIN Samarinda dilakukan oleh seorang pembimbing dan Asisten Pembimbing. Adapun syarat-syarat seorang pembimbing dan asisten pembimbing adalah sebagai berikut :

Syarat Pembimbing I :
a. Memiliki SK yang di terbitkan oileh Ketua Dekolah Tinggi Agama Islam Negeri Smarinda sebagai Pembimbing
b. Memiliki Jabatan Akademik serendah-rendahnya Lektor bagi yang berpendidikan Sarjana (S1)
c. Memiliki Jabatan Akademik Asisten Ahli bagi yang berpendidikan Pasca Sarjana (S2/S3)
d. Memiliki pengalaman menyusun dan membimbing skripsi

Syarat Pembimbing II

a. Memiliki SK yang diterbitkan oleh Ketua Sekolah Tinggi AgamaIslam Negeri (STAIN) Samarinda sebagai asisten Pembimbing
b. Memiliki jabatan akademik Asisten Ahli bagi yang berpendidikan Sarjana (S1)
c. Memiliki kemampuan metodologi dan Teknik penulisan

2. Pembimbing Tesis

Adapun pembimbing tesis adalah dosen yang memenuhi syarat sebagai dosen yang berpangkat profesor, dosen berpangkat serendah-rendahnya lektor madya tetapi berijazah magister atau doktor dengan pangkat serendah-rendahnya asisten ahli.

3. Pembimbing Disertasi

Syarat pembimbing Disertasi adalah minimal doktor berpangkat lektor ke atas.

B. Jumlah Pembimbing

Jumlah pembimbing skripsi, tesis dan disertasi masing-masing dua orang. Mereka adalah pembimbing dan Asisten pembimbing Pembimbing membimbing materi dan Asisten pembimbing membimbing teknik penulisan dan bahasa.

C. Status Pembimbing

Pembimbing karya tulis mempunyai status sebagai berikut :
1. sebagai pemegang otoritas tertinggi untuk menyatakan sahnya karya tulis.
2. Tanda tangan pembimbing merupakan bukti bahwa penyusunan karya tulis sudah mendapatkan bimbingan sesuai prosedur.

D. Wewenang Pembimbing

Pembimbing karya tulis mempunyai wewenang sebagai berikut :
1. Ikut serta mempertimbangkan topik yang diusulkan penulis karya tulis
2. mengembalikan tugas bimbingan ke jurusan atau fakultas jika terjadi hal-hal yang menyebabkan tidak dapat terlaksananya bimbingan.
3. Dapat mengusulkan tambahan pembimbing jika masalah yang dibahas dalam karya tulis menyangkut juga bidang diluar keahliannya (kecuali tesis dan disertasi).
4. menjadi anggota panitia sidang ujian karya tulis.

E. Kewajiban Pembimbing

Pembimbing karya tulis berkewajiban :
1. memberikan bimbingan kepada mahasiswa penulis karya tulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. mencatat tanggal dan bentuk konsultasi bimbingan dalam formulir yang disediakan setiap kali melakukan bimbingan, minimal 10 kali bimbingan.
3. memberikan nilai terhadap karya tulis yang telah dibimbingnya.
4. bertindak sebagai penguji dalam sidang munaqasah/ promosi.

F. Tugas Pembimbing I dan dan Pembimbing II

Untuk menghindari perbedaan persepsi pembimbing dan Asisten Pembimbing dalam melaksanakan tugasnya, maka Pembimbing dan Assisten Pembimbing memiliki tugas yang berbeda.

Tugas Pembimbing I

a. Menyerahkan mahasiswas bimbingannya dalam seminar proposal
b. Berhak menyatakan lulus atau tidak lulus dalam seminar proposal bagi mahasiswa yang tidak layak lulus
c. Memberikan bimbingan maksimal 5 (lima) kali untuk satu orang mahasiswa
d. Mengarahkan Mengoreksi dan membimbing skripsi mahasiswa minimal meliputi isi, tiori dan substansi penelitian.
e. Memberikan penilaian kepada mahasiswa bimbingannya


Tugas Pembimbing II

a. Mengarahkan mahasiswa bimbingannya dalam seminar proposal
b. Memberikan bimbingan minimal 10 (sepuluh) kali untuk satu orang mahasiswa, dibuktikan dengan kartu konsultasi kecuali bagi mahasiswa yang dianggap mampu menurut pembimbing dan Asisten pembimbing.
c. Mengarahkan, mengoreksi dan membimbing skripsi mahasiswa minimal meliputi metodologi penelitian, bahasa, tata letak dan sebagaimana yang berkaitan dengan sistem dan teknis penulisan karya ilmaiah

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Contoh halaman sampul dan halaman judul (dengan huruf Latin)


MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM PESANTREN
(Studi di Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin Kabupaten Dunia Akherat)

Oleh :

NAMA : ABDURRAHMAN WAHID
NIM : 00.0111.0001

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SAMARINDA
2005



2. Contoh halaman sampul dan halaman judul (dengan huruf Arab)



3. Contoh halaman persetujuan pembimbing (dengan huruf Latin)


HALAMAN PERSETUJUAN


MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM PESANTREN
(Studi di Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin Kabupaten Dunia Akherat)


NAMA : ABDURRAHMAN WAHID
NIM : 00.0111.0001



Telah dibimbing dan disetujui untuk dimunaqasahkan di Depan Penguji Jurusan Tarbiyah Sekaloh Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda.


Samarinda, 10 Agustus 2005


Pembimbing I Pembimbing II




Prof. Dr. H. Likulli Zaman, MA Drs. Muhammad Abduh, M.Ag. NIP. 150. 111. 105 NIP. 150 112. 104

Mengetahui,
Ketua Jurusan Tarbiyah
STAIN Samarinda



Dra. Hj. Noor Thaibah, M.Ag.
NIP. 150 245 648
4. Contoh halaman persetujuan pembimbing (dengan huruf Arab)


5. Contoh halaman pengesahan (dengan huruuf Latin)


HALAMAN PENGESAHAN

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM PESANTREN
(Studi di Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin Kabupaten Dunia Akherat)


NAMA : ABDURRAHMAN WAHID
NIM : 00.0111.0001




Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) pada jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda
Pada Tanggal 25 Agustus 2005



SUSUNAN TIM PENGUJI

Drs.H.M. Said Husin, MA (ketua Tim) ...............................
Prof. Dr. H.A. Fahmy Arief, MA (Penguji Utama) ...............................
Zurqoni, M.Ag (Penguji I) ...............................
Wahdanunnisa, M.Ag. (Penguji II) ..............................
Ahmad Muthohar, S.Pd.I (sekretaris) .. ............................


Samarinda, 25 Agustsus 2005
Ketua STAIN Samarinda



Prof. Dr. H.A. Fahmy Arief, MA
NIP. 150 198 185

(pengesahan wajib distempel lembaga).
6. Contoh halaman pengesahan (dengan huruf Arab)
. Contoh daftar isi (dengan huruf Latin)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... iv
MOTTO ................................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR ILUSTRASI/GAMBAR ....................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN
B. Latar Belakang Masalah ..................................... 1
C. Rumusan Masalah .............................................. 8
D. Definisi Operasional ........................................... 9
E. Alasan Pemilihan Judul ..................................... 12
F. Tujuan Penelitian ................................................ 15
G. Kegunaan Penelitian ........................................... 16
H. Telaah Pustaka .................................................... 17
I. Metodologi Penelitian ....................................... 23
J. Sistematika Penulisan ......................................... 28

BAB II : PESANTREN DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULIM
A. Pengertian Pesantren ......................................... 30
B. Sistem Pendidikan Pesantren ............................ 36
C. Pengertian Kurikulum ...................................... 58
D. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum .. 65
E. Gambaran Kurikulum Pondok Pesantren ..... 75
F. Faktor-faktor Pengembangan Kurikulum
Pesantren ............................................................. 81




BAB III : GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN RABB AL ‘ALAMIN KABUPATEN DUNIA AKHERAT

A. Sejarah Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin .... 83
B. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Rabb al ‘Alamin ................................................... 88
C. Gambaran Kurikulum Pondok Pesantren
Rabb al ‘Alamin .................................................... 97


BAB IV : MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM PESANTREN RABB AL ‘ALAMIN KABUPATEN DUNIA AKHERAT

A. Model Pengembangan Kurikulum
Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin;
sebuah cita-cita luhur ....................................... 101
B. Aspek-aspek Pengembangan Kurikulum
Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin ................ 120
C. Strategi Pengembangan Kurikulum
Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin ................ 134
D. Faktor-Faktor Pengembangan Kurikulum
Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin ............... 150


BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................ 152
B. Saran .....................................................................154

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 156
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. 158
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 160

8. Contoh daftar isi (dengan huruf Arab)


9. Contoh daftar tabel

1. Jawaban Responden tentang peran Pondok Pesantren
Rabb al ‘Alamin dalam menentukan Kurikulum .................. 161
2. Jawaban Responden tentang Metode Pembelajaran
di Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin .................................... 162
3. Jawaban Responden tentang Kesesuaian materi yang
diajarkan dengan Kurikulum Pondok Pesantren
Rabb al ‘Alamin .......................................................................... 163
4. Jawaban Responden tentang evaluasi pembelajaran
di Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin .................................... 164
5. Jawaban Responden tentang Usaha-usaha dalam
melaksanakan Kurikulum di Pondok Pesantren
Rabb al ‘Alamin...........................................................................166
6. Jawaban Responden tentang Materi, metode, waktu,
dan Kondisi yang merupakan Faktor penentu
Keberhasilan Kurikulum Pondok Pesantren
Rabb al ‘Alamin ...........................................................................167
7. Jawaban Responden tentang Peran Kyai
dalam dalam pelaksanaan Kurikulum Pondok Pesantren
Rabb al ‘Alamin .......................................................................... 168
8. Jawaban Responden tentang aktivitas Santri
dan Pengaruhnya terhadap Keberhasilan Prestasi
Belajar di Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin ....................... 169
9. Jawaban Responden tentang Ketersediaan kitab/Buku
dan Pengaruhnya dalam menentukan Keberhasilan
Prestasi Belajar Pondok Pesantren
Rabb al ‘Alamin ..........................................................................170
10. Jawaban Responden tentang Kecenderungan Santri
dalam memilih mata Pelajaran di Pondok Pesantren
Rabb al ‘Alamin ...........................................................................171
11. Jawaban Responden tentang Kecenderungan Santri
12. dalam memilih model pembejaran formal dan non formal
13. dalam Kurikulum Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin .........173






10. Contoh daftar ilustrasi


4. Daftar Data Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin ................... 174
5. Daftar Struktur Organisasi Pondok Pesantren
Rabb al ‘Alamin............................................................................175
6. Daftar Komposisi Kitab Pondok Pesantren
Rabb al ‘Alamin ...........................................................................176
7. Program Kerja Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin ...............178
8. Keadaan Pengasuh Pondok Pesantren Rabb al ‘Alamin .......179

11. Contoh daftar pustaka

DAFTAR PUSTAKA


Arifin, Imron, Kepemipinan Kyai; Kasus Pondok Pesantren Tebu Ireng, Kalimah Syahadat Press Cet, Malang 1993.
Azizy, A. Qodry, Implementasi Pendidikan Berbasis Pada Kebutuhan Masyarakat; Melongok Sistem Pesantren, Makalah (tidak diterbitkan), WRI IAIN Walisongo tanggal 23 November 2002.
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Logos, 1999.
Bawani, Imam, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, Studi tentang Daya Pesantren Tradisional, Al-Ikhlas, Surabaya, 1992.
Bekker, Anton, Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1990.
Bruinessen, Martin Van, Kitab Kuning: Pesantren, Tarekat dan Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, Mizan, Bandung, 1995.
Daulay, Haidar Putra, Historisitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2000.
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren; Studi tentang Pendangan Kyai, LP3ES, Jakarta 1982.
______, Kultur Pesantren Prespektif Masyarakat Modern, Islam dalam Perkembangan Bangsa, PLPM, Jakarta, 1987.
Freire, Paulo, Pendidikan yang Membebaskan, Melibas, Jakarta, 2000.
Geertz, Clifford, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Pustaka Jaya, Jakarta, 1981.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1987.
Hasan, Karnadi “Konsep Pendidikan Jawa”, dalam Jurnal Dinamika Islam dan Budaya Jawa, No 3 tahun 2000, Pusat Pengkajian Islam Strategis, IAIN Walisongo Semarang, 2000.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah dan Perkembangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995.
Ida, Laode, ‘Pergulatan Gerakan dan Identitas NU’ dalam Jurnal Ulumul Qur’an edisi no. 5, Vol. VI, 1996.
Isma’il, SM, (editor), Dinamika Pesantren dan Madrasah, Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo-Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
Madjid, Nurcholish, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Paramadina, Jakarta, 1997.
Mahfud, Sahal , Pesantren Mencari Makna, Pustaka Ciganjur, Jakarta, 1999.
Mas’ud, Abdurrahman, , The Pesantren Architects and Their Sosio Relegious Teaching , disertasi, UCLA, AS, 1997
Mas’ud, Abdurrahman, Why the Pesantren as Center for Islamic Studies Remains Unique and Stronger in Indonesia, makalah Seminar Internasional, Prince of Songkla University Pattani, tanggal 25-28 Juni 1998.
Mastuhu , Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Logos, Jakarta, 1999.
______, “Gaya dan Suksesi Kepemimpinan Pesantren”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No. 7 Vol II tahun 1990/1411 H, 68.
______, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, INIS, Jakarta, 1994.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi IV, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000.
Prasodjo, Soedjoko et.al., Profil Pesantren, LP3ES, Jakarta, 1973.
Raharjo, M. Dawam, Pergumulan Dunia Pesantren, P3M, Jakarta, 1985.
Rasyid, Daud, Islam dalam Berbagai Dimensi, Gema Insani Press, Jakarta, 1998
Steenbrink, Karel A., Pesantren Madrasah dan Sekolah, Cet. II, LP3ES, Jakarta, 1994.
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Raja Grafindo Persada, 1996.
Usman, Marzuki et.al, Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, Pustaka Hidayah, Bandung, 1999.
Wahid, Abdurrahman, Bunga Rampai Pesantren, Dharma Bhakti, Jakarta, 1399 H.
______, “Pesantren Sebagai Sub Kultur”, dalam M. Dawam Raharjo (editor), Pesantren dan Pembaharuan, LP3ES, Jakarta, 1995.
______, “Principles the Pesantren Education”, dalam Manfred Oepen and Wolfgang Karcher (eds.), The Impact of Pesantren, P3M, Jakarta, 1998.
______, Menggerakkan Tradisi Pesantren: Esai-esai Pesantren, LKiS, Yogyakarta, 2001.
Wahjoetmo, Perguruan Tinggi Pesantren: Pendidikan Alternatif Masa Depan, Gema Insani Press, Jakarta, 1887.
Ziemek, Manfred, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, P3M, Jakarta, 1986.
Peter L. Berger, Humanisme Sosiologi, Inti Sarana Aksara, Jakarta, 1985,




12. Pedoman transliterasi Arab-Latin

TPKI

PEDOMAN PENULISAN skripsi dan karya ilmiah lainnya


BAB I
KETENTUAN UMUM


1. Skripsi
a. Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang ditulis dalam rangka menyelesaikan studi program Sarjana Strata 1 (S.1);
b. Karya tulis ini merupakan pengungkapan tertulis dari hasil penelitian yang dilakukan secara sistematis dan metologis, sesuai dengan kompetensi program studi/jurusan.
2. Proposal
Rencana usulan penelitian yang ditulis mahasiswa dalam rangka menyelesaikan skripsi, sesuai dengan kompetensi jurusan dan program studi
3. Ujian Komprehensif
Ujian komprehensif diselenggarakan dengan sistem majelis setelah mahasiswa menyelesaikan semua ujian mata kuliah dan praktikum, sebagai prasyarat untuk ujian komprehensif.
4. Munaqasah
a. Ujian skripsi merupakan kegiatan akhir dari seluruh kegiatan akademik, sebelum mahasiswa di wisuda;
b. Ujian skripsi dilaksanakan apabila mahasiswa telah dinyatakan lulus ujian komprehensif, dan naskah skripsinya telah siap untuk dimunaqasahkan.
5. Sistem majlis adalah suatu sistem ujian yang menghadirkan seorang peserta ujian (komprehensif/munaqasah) untuk diuji dihadapan para penguji yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan dua penguji utama secara bersamaan.
















BAB II
PROSEDUR DAN SYARAT PENGAJUAN
USULAN PENELITIAN

A. Pengajuan Usulan Penelitian
1. Mahasiswa memprogram skripsi pada waktu mengajukan rencana studi;
2. Mahasisma mengajukan Rancangan Usulan Penelitian kepada Ketua Jurusan;
3. Rancangan Usulan Penelitian sekurang-kurangnya memuat:
a. Rencana Judul;
b. Latar Belakang Masalah;
c. Rumusan Masalah;
d. Tujuan Penelitian;
e. Sistematika Penelitian Sementara.
4. Rancangan Usulan Penelitian yang telah disetujui Ketua Jurusan/Program Studi, selanjutnya ditunjuk dosen pembimbing sesuai dengan kompetensi keilmuan yang dimiliki;
5. Penunjukan dosen pembimbing dilakukan melalui surat penunjukan oleh Ketua Jurusan;
6. Proposal penelitian dapat diseminarkan setelah mendapat persetujuan Ketua Jurusan Tarbiyah;
7. Mengikuti seminar proposal skripsi yang sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh jurusan.

B. Syarat Pengajuan Usulan Penelitian Skripsi
1. Pengajuan usulan penelitian skripsi dapat dimulai oleh mahasiswa yang telah menyelesaikan 120 SKS dengan indeks prestasi akademik sekurang-kurangnya 2.00 dan telah lulus mata kuliah Metodologi Penelitian dengan nilai sekurang-kurangnya C;
2. Usulan penelitian skripsi ditulis sendiri oleh mahasiswa dengan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing (Pembimbing I). Jika dipandang perlu dapat didampingi oleh seorang dosen pembimbing lain (Pembimbing II).
3. Usulan penelitian skripsi ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia, sedangkan untuk untuk Jurusan Tadris Bahasa Inggris ditulis dengan menggunakan bahasa Inggris.

C. Proposal Penelitian
Proposal penelitian skripsi sekurang-kurangnya memuat:
I. Judul Penelitian
II. Latar Belakang Masalah
III. Rumusan Masalah
IV. Tujuan Penelitian
V. Definisi Operasional
VI. Kajian Pustaka
VII. Hipotesis Penelitian (Penelitian Kuantitatif)
VIII. Metode Penelitian
A. Pendekatan Penelitian (Penelitian Kualitatif)
B. Variabel dan Indikator Penelitian (Penelitian Kuantitatif)
C. Teknik Pengambilan Sampel (Penelitian Kuantitatif)/sumber data
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
IX. Sistematika Laporan Penelitian
X. Daftar Pustaka

D. Permohonan Ijin Penelitian
1. Permohonan izin penelitian ini terutama bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian lapangan pada instansi, lembaga atau wilayah teritorial tertentu, sedang bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian kepustakaan (library research) tidak merupakan keharusan.
2. Permohonan izin penelitian ini dilakukan jika objek penelitian sudah bersedia menjadi objek/tempat penelitian.
3. Permohonan izin penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mengajukan kepada Ketua STAI Sangatta melalui Ketua Jurusan Tarbiyah dengan menunjukkan usulan penelitian yang sudah disahkan oleh Pembimbing dan Ketua Jurusan.
b. Mahasiswa mengisi blangko Surat Izin Penelitian yang sudah disediakan rangkap 3 (tiga). Pengisian blangko ini dilakukan sendiri oleh mahasiswa, kemudian diserahkan kembali ke Jurusan untuk ditanda tangani oleh Ketua STAI Sangatta, c.q. Pembantu Ketua I Bidang Akademik.























BAB III
BIDANG KAJIAN SKRIPSI


A. Ruang Lingkup dan Bentuk Kajian Skripsi
1. Tema skripsi diangkat dari permasalahan yang relevan dengan kompetensi jurusan/program studi mahasiswa;
2. Bentuk kajian skripsi antara lain berupa: (1) Survei; (2) Eksperimen; (3) Penelitian Teoritik/Kepustakaan; (4) Analisis Isi (Content Analysis); (5) Expost Facto; (6) Penelitian Historis; (7) Penelitian Tindakan (Action Research), dan; (8) Penelitian lainnya yang mengacu pada epistemologi keilmuan

B. Teknik Penulisan Skripsi
1. Penulisan skripsi menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD);
2. Penulisan skripsi jurusan/program Tadris Bahasa Inggris harus menggunakan Bahasa Inggris.
3. Informasi disajikan dengan bahasa yang lugas, sederhana , tepat, dan langsung pada persoalan yang dibicarakan;
4. Penulisan istilah yang berasal dari bahasa asing dan daerah dengan huruf miring (italic), seperti kata fiqh al-lughah (fiqh al-lughah), dan drop out (drop out), gugur gunung (gugur gunung);
5. Untuk menghindari subjektivitas, penulisan skripsi tidak diperbolehkan menggunakan kata ganti saya, aku, kami atau kita kecuali dalam kata pengantar.
6. Penulisan ayat al-Qur’an dan teks al-Hadis disesuaikan dengan aslinya, memperhatikan tanda-tanda baca yang tertera, disertai syakalnya dengan menggunakan mushaf utsmani serta menyebutkan nama surat dan nomor ayat untuk teks al-Qur’an dan nama perawi untuk teks al-Hadis.

C. Bentuk dan Format Penulisan Skripsi
1. Naskah skripsi minimal 50 halaman, tidak termasuk halaman judul, pengesahan, abstrak, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar pustaka dan lampiran-lampiran pendukung skripsi;
2. Kertas yang dipergunakan untuk penulisan skripsi adalah kerta ukuran Kuarto (A4) ukuran 21,5 x 29,7 cm dengan berat 70-80 gram;
3. Batas marginal kiri atas 4 cm dan margin kanan bawah 3 cm;
4. Naskah skripsi diketik dengan jenis huruf Times New Roman dengan ukuran huruf (font) 12;
5. Tulisan Arab diketik dengan menggunakan jenis huruf (font) Traditional Arabic dengan ukuran huruf 18;
6. Setiap satu lembar kerta kuarto hanya dipergunakan satu halaman saja (tidak bolak balik) diketik dengan jarak 1,5 spasi;
7. Alinea baru dimulai dengan ketukan ketujuh dari margin kiri;
8. Judul skrispi ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, ukuran huruf dengan menggunakan estetika penulisan;
9. Judul bab ditulis dari tepai kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, demikian juga anak sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan;
10. Sampul skripsi menggunakan kertas bufalo atau sejenisnya dijilid tebal dan dilapisi plastik (hard cover) dengan huruf timbul warna tinta hitam;
11. Sampul skripsi berwana coklat muda sesuai dengan warna bendera STAI Sangatta Kutai Timur Kalimantan Timur.
12. Penomoran halaman dimulai dari Bab I sampai akhir laporan skripsi menggunakan angka Arab (1, 2, 3, dst.) diletakkan di sebelah kanan atas, kecuali nomor halaman bab baru diletakkan di tengah bagian bawah, sub judul ditulis dari tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, kecuali kata penghubung/kata sambung, demikian juga anak sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan, sedangkan pada halaman judul sampai halaman daftar isi menggunakan huruf Romawi kecil (seperti i, ii, iii dst.) yang diletakkan di tengah bagian bawah.
13. Penomoran tabel atau gambar diberi nomor urut dengan angka Arab (Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 dst.), dan ditulis dengan huruf tebal (bold);
14. Nomor kutipan atau catatan kaki pada masing-masing bab ditulis berturut-berturut sampai akhir bab dan dimulai kembali dengan nomor satu pada bab berikutnya;
15. Abstrak skripsi diketik 1 spasi maksimal 2 halaman, ditulis dalam bahasa Indonesia.

D. TEKNIK NOTASI ILMIAH
1. Kutipan
Kutipan terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Kutipan langsung
1) Kutipan langsung adalah kutipan yang sama dengan bentuk asli yang dikutip, baik dalam susunan kata maupun tanda bacanya. Kutipan langsung tidak dibenarkan lebih dari satu halaman. Kutipan langsung dipergunakan hanya untuk hal-hal yang penting saja, seperti definisi atau pendapat seseorang yang khas.
2) Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris, diketik biasa dalam teks skripsi dengan diawali dan diakhiri oleh tanda petik (“) dan diberi nomor kutipan, yaitu dengan pola catatan kaki (footnote). Ini dimaksudkan jika diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan memudahkan pembaca. Kutipan yang lebih dari empat diketik dengan masuk (menjorok) tujuh ketukan dan tidak dibubuhkan tanda petik, serta ditulis dengan jarak 1 spasi. Kutipan terjemah al-Qur’an dianggap kutipan langsung, diketik 1 spasi, meskipun kurang dari empat baris, tidak ditulis miring dan tidak menyebut kata Artinya;

b. Kutipan tidak langsung
Kutipan tidak langsung (parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil isinya saja, seperti saduran, atau ringkasan. Dalam kutipan semacam ini, penulis tidak perlu memberikan tanda petik, ditulis seperti teks biasa dengan menyebut sumber pengambilannya;
c. Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam bidangnya;
d. Kutipan skripsi di antaranya harus mencakup minimal tiga sumber/buku berbahasa asing (bahasa Arab dan Inggris) yang terkait dengan pokok bahasan, tidak termasuk kamus;
e. Kutipan tafsir dan hadis harus bersumber pada kitab asli (sumber primer);
f. Kutipan dapat bersumber dari internet atau Compax Disk (CD) dengan mencantumkan situs dan menunjukkan print outnya.

2. Catatan Kaki (Footnote)
a. Catatan kaki merupakan catatan pada bagian kaki halaman teks yang menyatakan sumber sesuatu kutipan atau pendapat mengenai sesuatu hal yang diuraikan dalam teks;
b. Catatan kaki dapat berfungsi sebagai tambahan yang berisi komentar atau penjelasan yang dianggap tidak dapat dimasukan di dalam teks. Catatan kaki diketik satu spasi dan dimulai langsung dari margin kiri untuk tulisan Latin dan margin kanan untuk tulisan Arab, dimulai pada ketukan kelima di bawah garis catatan kaki. Contoh:

Keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya disebabkan beberapa hal, yaitu: (1) pembahasan tentang masalah manusia terlambat dilakukan. Karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penyelidikan tentang alam materi, (2) ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang tidak kompleks. Ini disebabkan oleh sifat akal manusia, sebagaimana yang dinyatakan oleh Bergson, yakni tidak mampu mengetahui hakekat hidup, (3) multikompleksnya masalah tentang manusia. Sedangkan alasan lainnya adalah bahwa manusia merupakan satu-satunya makhluk yang dalam unsur penciptaannya terdapat ruh Ilahi, sedangkan manusia tidak diberi pengetahuan tentang ruh kecuali sedikit (Q.S. Al Isra’ : 85 ). Lihat, M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 277-278.

c. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai dari angka 1 (Arab) sampai habis, dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab baru;
d. Cara penulisannya secara berurutan: nama pengarang (tanpa gelar dan tidak dibalik), koma, judul sumber/buku (judul sumber/buku ditulis dengan huruf kapital setiap awal kata dan ditulis miring, koma, jilid/jus, koma, kurung buka kemudian tempat/kota penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit kemudian kurung tutup, koma, nomor cetakan, koma, dan nomor halaman diakhiri dengan titik. Contoh

1Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 18.
2Portlan House, Webster Encyclopedic Unabriged Dictionary of the Engglish Language, (New York: a Divisiotion of Dilithium Press, 1989), p. 304.

e. Rujukan yang menggunakan terjemahan ditulis: nama pengarang, koma, buku/kitab asli dan tulis miring, koma, kata “terj.”, koma, penterjemah, koma, judul terjemahan, koma, kurung buka, koma, kota penerbit, koma, nama penerbit, kurung tutup, koma, nomor cetakan, koma, nomor halaman, dan diakhiri dengan titik. Contoh:

3Moh. Athiyah al-Abrasi, al-Tarbiyah al-Islamiyyah, terj. Bustami A. Ghoni dan Djohar Bahry, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm. 114.

f. Nama pengarang yang jumlahnya terdiri dari dua orang, maka kedua nama itu ditulis. Apabila lebih dari dua orang, hanya disebutkan nama pengarang yang pertama dan setelah tanda koma dituliskan singkatan et. al. ditulis dengan huruf miring (italic) atau dkk. Contoh:

4Muslim Nurdin., et. al., Moral dan Kognisi Islam: Buku Teks Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jawa Barat: Alfabeta, 2001), Edisi Revisi, hlm. 29-31.
g. Kumpulan karangan yang di rangkum oleh editor, yang dianggap pengarangnya atau yang dicantumkan dalam catatan kaki nama editor saja. Caranya dibelakang nama editor itu dicantumkan "ed." dengan italic (ed.). Bila editornya lebih dari satu, maka diberi tambahan "s" (eds.). Contohnya:

5Ahmad Tafsir (ed.), Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 49.
h. Apabila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang sama, maka cukup dengan "Ibid." (dicetak miring) tanpa menyebutkan halamannya lagi. Ibid singkatan dari lbidem yang berarti pada tempat yang sama. Sedangkan bila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang berbeda, rnaka dalarn catatan kaki ditulis: Ibid., lalu disebutkan halamannya. Contoh:

6Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 37.
7Ibid. (bila mengutip pada halaman yang sama).
8Ibid., hlm. 21(bila mengutip pada halaman yang berbeda).

i. Apabila dari sumber tersebut dikutip lagi, tetapi telah diselingi oleh kutipan dari sumber lain, maka pada catatan kaki ditulis: Nama pengarang, judul buku/sumber (jika ada lebih dari satu buku), op.cit., (italic) diikuti dengan hlm. Adapun op.cit. singkatan dari "opere citato" yang artinya dalam karangan yang telah disebut. Namun, apabila dari halaman yang sarna dikutip lagi, tetapi telah diselingi kutipan dari sumber lain, maka ditulis loc. cit, tanpa menyebutkan halaman. loc.cit. adalah singkatan dari "loco citato" yang artinya pada tempat yang telah dikutip). Contoh:

9Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), hlm. 132.
10Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), hlm. 12.
11Abudin Nata, op. cit., hlm. 154.
12Nana Sudjana, loc. cit.

j. Apabila buku itu berjilid dan yang digunakan lebih dari satu jilid, maka bila ingin menyebutkan lagi sumber yang terdahulu harus dicantumkan nama pengarang dan nomor jilidnya. Contoh:

13Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1973), Cet. 3, him. 12.
14Ibid., Jilid 2, hlm. 15.
15Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 2, (Jakarta: UI Press, 1973), Cet. 3, him. 97.
16Umar Tirtaraharja, Pengantar Pendidikan I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 54.
17Harun Nasution, loc. cit., Jilid 2.

k. Kutipan yang berasal dari buku yang berbentuk bunga rampai (antologi) atau kumpulan tulisan dari beberapa penulis, maka penulisanya adalah: nama penulis, koma, tanda petik (“), judul tulisan, dan tidak miring, tanda petik (“), koma, dalam, nama editor, koma, judul buku (italic), koma, kurang buka, tempat terbit, titik dua, nama penerbit, koma tahun terbit, kurung tutup, koma, dan halaman dan diakhiri dengan titik. Contoh :

18Imam Suprayogo, “Tradisi Ulama dalam Perguruan Tinggi”, dalam M. Anies (eds.), Religiusitas Iptek: Rekonstruksi Pendidikan dan Tradisi Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), Cet. 1, hlm. 156.

l. Kutipan yang berasal dari majalah ditulis sebagai berikut: narna penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik ("---"), koma, nama majalah ditulis italic, koma, volume, koma, nomor edisi, koma, bulan, koma, tahun terbit, koma, nomor halaman, dan diakhiri dengan titik. Contoh:
19Syaiful Faizin, “Kiat Memperoleh Anak Saleh dan Kompetitif”, Majalah Rindang, XXVII, No. 11, Juni, 2003, hlm. 29.







m. Kutipan yang berasal dari surat kabar cara penulisannya adalah: nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama surat kabar ditulis miring, koma, tempat terbit, koma, tanggal, bulan dan tahun terbit, koma, dan diakhiri dengan nomor halaman sesuai sumbernya. Contoh:

20Mustatho’, “Agama dalam Konstruksi Masyarakat Perkotaan”, Gazebo, Sangatta, 4 Juli 2010, hlm. ix.

n. Kutipan yang berasal dari karya ilmiah yang tidak/belum diterbitkan, cara penulisannya adalah: nama pengarang, koma, judul karangan ilmiah dengan diapit tanda petik (“---“), koma, disebutkan skripsi, tesis atau disertasi, koma, kurung buka, nama kota penyimpanan, titik dua, nama tempat penyimpanan, koma, tahun penulisan, koma, kurung tutup, koma, keterangan tidak diterbitkan yang disingkat dengan “t.d.”, koma, nomor halaman, dan diakhiri dengan titik. Contoh:

21Surono, Paradigma Pengembangan Fitrah Nafsaniah Manusia: Kajian Filosofis, Edukatif dan Psikologis”, Tesis Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2007), hlm. 23, t.d.

o. Kutipan yang berasal makalah yang disajikan dalam seminar, penataran, atau lokakarya penulisannya adalah: nama penyusun, judul karangan ilmiah dengan diapit tanda petik (“---“), koma, tempat penyajian makalah, koma, lembaga dan tempat penyelenggara, koma, tanggal, bulan dan tahun, dan diakhiri dengan titik. Contoh:

22Siti Muri’ah, “Peningkatan Peran Wanita di Era Otonomi Daerah”, Makalah Disampaikan dalam Seminar Gender dan Otoda, Setda Kaltim, Samarinda, 1-2 September 2005.

p. Kutipan yang berasal dari buku/kitab yang asli dan terjemahnya, angka kutipan diletakkan di belakang terjemah, sedangkan kutipan yang berasal dari buku/kitab berbahasa asing tanpa terjemah, maka angka kutipan diletakkan dibelakang kutipan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan antara terjemahan dari penerjemah dan penulis skripsi sendiri.
q. Surnber kutipan yang tidak ada tempat terbitnya, maka tempat terbitnya ditulis dengan singkatan “t.tp.”. Jika tidak ada penerbitnya, maka nama penerbit ditulis dengan singkatan “t.p.”, dan jika tidak ada tahun terbitnva, maka ditulis “t.t.”.
r. Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisarmya adalah: nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, dalam, koma, nama situs koma, nomor halaman. Contoh:
22M. Ilyasin, “Kurikulum Berbasis Kompetensi”, dalam http://www.stais.co.id., hlm.1.

3. Daftar Kepustakaan
a. Daftar pustaka merupakan keterangan mengenai bahan bacaan yang dijadikan rujukan dalam proses pembuatan skripsi.
b. Daftar pustaka ditempatkan di akhir skripsi dengan jarak satu (1) spasi dan tidak menggunakan nomor urut. Sedangkan jarak antara dua sumber pustaka satu setengah (1,5) spasi;
c. Daftar pustaka ditulis dengan urutan: nama pengarang (nama kedua), koma, nama lengkap (tanpa gelar), koma, judul buku dicetak miring (italic), koma, jilid atau volume, koma, tempat penerbitan, titik dua, mana penerbit, koma, tahun penerbitan, koma, nomor cetakan;
d. Penulisan nama pengarang disusun secara alfabetik dengan mendahulukan nama keluarga dan marga (kalau ada) atau mana belakang, dan diketik pada ketukan pertama. Untuk singkatan mengikuti nama terakhir.
e. Apabila informasi tentang buku/sumber rujukan itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan berikutnya diketik mulai ketukan kelima. Contoh:

Faizin, Syaiful, “Kiat Memperoleh Anak Saleh dan Kompetitif”, Majalah Rindang, XXVII, No. 11, Juni, 2003.
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991.
Sjamarah, Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga: Sebuah Perspektif Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Soenarjo dkk., al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1989.
f. Apabila penulis terdiri dari dua orang, maka nama kedua¬-duanya ditulis, dihubungkan dengan kata “dan”, sedangkan untuk nama penulis pertama adalah mendahulukan nama belakangnya. Contoh:

Idris, Zahara dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I, Jakarta: Grafindo, 1992.
g. Apabila lebih dari dua orang, ditulis nama pertama dan diikuti kata “dkk.” (dan kawan-¬kawan). Contoh:

Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, Cet.1.

h. Apabila ada dua karangan atau lebih berasal dari pengarang yang sama, maka narna pengarang dicantumkan satu kali, lainnya cukup diganti dengan garis sepanjang lirna ketukan dari garis margin kiri (tulisan latin) dan margin kanan (bahasa Arab) dan diikuti oleh koma, dengan ketentuan mendahulukan sumber pustaka yang lebih dahulu tahun penerbitannya. Contoh:

Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Bina Aksara, 1988.
-------, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

i. Apabila berupa buku terjemahan maka ditulis pengarang yang asli, koma, judul buku asli, koma, kata “terj”, koma, penerjemah, koma, judul terjemahan, koma, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit diakhiri dengan titik. Contoh:

M. ‘Utsman Najati, Al Qur’an wa ‘Ilmu al Nafs, terj. Ahmad Rofi’ Utsmani, Al Qur’an dan Ilmu Jiwa,, Bandung: Pustaka, 1997, hlm.5

4. Pedoman Transliterasi
Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalih-hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf latin beserta perangkatnya. Pedoman transliterasi dalam skripsi ini meliputi :
a. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf latin
ا Alif Tidak didefinisikan
ب Ba b
ت Ta t
ث Sa s\
ج Jim j
ح Ha h
خ Kha kh
د Dal d
ذ Zal z\
ر Ra r
ز Za z
س Sin s
ش Syin sy
ص Sa s}
ض Dad d}
ط Ta t}
ظ z}
ع ‘ain ‘
غ Gain g
ف Fa f
ق Qaf q
ك Kaf k
ل Lam l
م Mim m
ن Nun n
و Wau w
ها Ha h
ء Hamzah .’
ي Ya Y
ة Ah ah
ة.. at, ah at, ah

b. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf/transliterasinya berupa huruf dan tanda, contoh:
قَالَ dibaca qa>la
قِيْلَ dibaca qi>la
يَقُوْلُ dibaca yaqu>lu

c. Ta Marbut}ah
Translitrasinya menggunakan :
1) Ta marbut}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya h.
2) Contoh : طَلْحَة dibaca t}alhah
3) Pada kata yang terakhir dengan ta marbut}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbut}ah itu ditransliterasikan dengan h.
Contoh : رَوْضَةُ اْلاَطْفَالِ dibaca raud}ah al-at}fa>l
d. Kata Sandang
Transliterasi kata sandang dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Kata sandang diikuti huruf syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
Contoh : اَلرَّحِيْمُ dibaca ar-Rahi>mu
b. Kata sandang diikuti huruf qamariah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.
Contoh : اَلْمَلِكُ dibaca al-Maliku
e. Penulisan kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun huruf, ditulis terpisah, hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazimnya dirangkaikan dengan kata lain. Karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka dalam translitarasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.
Contoh :
مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلاً dibaca Man istat}a>’a ilaihi sabi>la
وَاِنَّ اللهَ لَهُوَ خَيْرٌ الرَّازِقِيْنَ dibaca Wa innalla>ha lahuwa khair al-ra>ziqi>n
























BAB IV
BIMBINGAN SKRIPSI


A. Jumlah Pembimbing
Dalam menulis skripsi, mahasiswa dibimbing oleh dua orang dosen pembimbing, yaitu Pembimbing I dan Pembimbing II.

B. Syarat-syarat Pembimbing
1. Pembimbing I dan II adalah adalah dosen tetap maupun tidak tetap
2. Pembimbing I dan II diangka oleh Ketua atas usul Ketua Jurusan, dengan mempertimbangkan kompetensi dan keahlian yang bersangkutan.

C. Kewajiban dan Hak Pembimbing
1. Kewajiban dan Hak Pembimbing I
a. Pembimbing I memberikan arahan atau bimbingan pertama skripsi;
b. Pembimbing I berhak mengubah judul skripsi, sepanjang tidak mengubah subtansi;
c. Bimbingan selanjutnya meliputi:
1) Mempertimbangkan, mengoreksi dan menyetujui kerangka skripsi;
2) Menunjukkan referensi yang menjadi sumber utama dan penunjang;
3) Memberikan petunjuk tentang metode penelitian dan aplikasinya;
4) Mengoreksi hasil akhir konsep skripsi;
5) Memberikan bantuan dan arahan revisi sepanjang diperlukan
d. Tanggung jawab akhir bimbingan berada pada tangan pembimbing;
e. Tanggung jawab isi skripsi berada pada mahasiswa yang bersangkutan;
2. Kewajiban dan Hak Pembimbing II
a. Pembimbing II bersama Pembimbing I memberikan arahan dan bimbingan kepada mahasiswa setelah disetujui pembimbing I;
b. Pembimbing II tidak berhak mengubah judul, tetapi berhak mengusulkan perubahan kepada Pembimbing I jika dipandang perlu;
c. Dalam melaksanakan bimbingan dan arahan, Pembimbing II mengadakan hubungan dengan Pembimbing I

D. Waktu Bimbingan
1. Bimbingan dapat dimulai setelah Pembimbing menerima surat penunjukan dari Jurusan melalui Ketua Jurusan;
2. Proses bimbingan dilakukan secara teratur dalam batas waktu maksimal 1 semester (6 bulan) dengan mengingat batas studi yang bersangkutan terhitung sejak ditetapkan oleh Jurusan melalui Ketua Jurusan.
3. Apabila dalam waktu yang telah ditetapkan, skripsi belum bisa diujikan, Pembimbing menyerahkan kembali kepada Jurusan dapat mengambil langkah:
4. Bimbingan yang telah melampaui batas waktu sebagaimana dimaksudkan di atas, Jurusan melalui ketua Jurusan dapat memperpanjang maksimal 2 bulan, dengan mengingat batas masa studi yang bersangkutan.

E. Penggantian Pembimbing
1. Apabila karena suatu hal, Pembimbing I atau Pembimbing II tidak dapat menyelesaikan tugasnya, maka mereka harus menyerahkan kembali tugas tersebut disertai alasan-alasannya kepada Ketua Jurusan;
2. Ketua Jurusan dapat menetapkan Pembimbing lain sebagai penggantinya;
3. Penggantian pembimbing tersebut tetap mempertimbangkan kompetensi keilmuan;
4. Pembimbing pengganti hanya meneruskan proses bimbingan yang sedang berlangsung, dan tidak mengulangi lagi proses pembimbingan dari awal;
5. Sekiranya pembimbing pengganti masih menemukan sesuatu yang kurang, maka dia berhak melakukan koreksi seperlunya dan tidak mengubah tema.

F. Buku Konsultasi
1. Mahasiswa yang telah ditetapkan dosen pembimbingnya, berkewajiban melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing secara teratur;
2. Demi tertibnya administrasi bimbingan, Jurusan menyediakan buku konsultasi bimbingan skripsi.

G. Laporan Pembimbing
Setelah proses bimbingan penulisan selesai, Pembimbing menyerahkan nilai bimbingan skripsi kepada Jurusan melalui Ketua Program Studi.


H. Tata Hubungan Kerja Pembimbing I dan II
1. Hubungan antara Pembimbing I dengan Pembimbing II bersifat koordinatif;
2. Proses pelaksanaan bimbingan diserahkan sepenuhnya atas kesepakatan dua dosen pembimbing, terutama pada saat pembahasan proposal.
















BAB V
UJIAN KOMPREHENSIF


A. Sistem Ujian Komprehensif
1. Ujian komprehensif adalah sebagai prasyarat untuk ujian skripsi;
2. Ujian komprehensif diselenggarakan dengan sistem mejelis setelah mahasiswa menyelesaikan semua ujian mata kuliah dan praktikum.

B. Persyaratan Ujian Komprehensif
Mahasiswa telah menyelesaikan semua kewajiban perkuliahan;

C. Penyelenggaran Ujian Komprehensif
1. Ujian komprehensif merupakan pendadaran bagi calon sarjana S.1 Jurusan Tarbiyah;
2. Ujian komprehensif diselenggarakan oleh Jurusan atau Program Studi.

D. Struktur Penguji Komprehensif
1. Majelis Penguji Komprehensif terdiri dan seorang ketua, seorang sekretaris, dan 2 (dua) orang anggota penguji sesuai dengan kewenangan hak menguji, disiplin ilmu, dan keahlian terhadap materi ujian komprehensip;
2. Ketua dan Sekretans sidang masing-masing rnerangkap sebagai penguji.

E. Syarat Penguji Komprehensif
1. Penguji komprehensif ialah tenaga edukatif yang berpangkat Lektor (IIIc) ke atas, dan Asisten Ahli (III/b) yang berijasah Magister dan atau dosen tetap yang berijasah Doktor;
2. Penguji komprehensif tidak sebagai pembimbing skripsi mahasiswa yang bersangkutan.

F. Materi dan Bahan Komprehensif
1. Penguasaan ilmu ke-Islaman yang meliputi: kemampuan baca tulis huruf al-Qur'an, kemampuan hafalan surat-surat/ayat-ayat al-Qur'an, matan Hadits dan pengetahuan agarna Islam;
2. Kemampuan kebahasaan, yang meliputi Bahasa Arab dan Bahasa Inggris;
3. Penguasaan ilmu ketarbiyahan;
4. Penguasaan keilmuan Jurusan (kompetensi Program Studi);
5. Kemampuan berpikir interdisipliner.

G. Waktu (Ujian Komprehensif)
Waktu ujian komprehensif sekurang-kurangnya 30 menit dan sebanyak-banyaknya 90 menit.

H. Kewajiban Mahasiswa saat Ujian Komrehensif
1. Peserta ujian komprehensif laki-laki harus memakai pakaian yang rapi, berdasi, dan bersepatu, sedangkan untuk perempuan wajib mengenakan pakaian muslimah lengkap dengan jilbab;
2. Peserta terlebih dahulu diminta menyampaikan abstraksi materi tanpa inembacalmembuka buku atau makalah kurang lebih 5 menit;
3. Peserta ujian dari jurusan Pendididikan Bahasa Arab harus menggunakan Bahasa Arab;
4. Dalam menjawah pertanyaan penguji, peserta u.jian harus menggunakan tata bahasa yang baik dan benar;
5. Selama sidang berlangsung, peserta ujian komprehensif tidak boleh membaca buku, kecuali jika diminta oleh penguji.

I. Komprehensip Ulang
1. Mahasiswa yang tidak lulus dalam ujian komprehensif diberi kesempatan untuk mengulang;
2. Ujian ulang tidak dibatasi selama masih dalam batas masa studi;
3. Mahasiswa yang dinyatakan lulus dengan nilai cukup (C) diperbolehkan untuk mengikuti ujian ulang.



























BAB VII
UJIAN MUNAQASAH


A. Penyelenggaraan Ujian Skripsi
1. Ujian skripsi merupakan kegiatan terakhir dan seluruh kegiatan akademik;
2. Karya ilmiah skripsi dipertahankan di depan Dewan Penguji sidang munaqasah;
3. Penyelenggara ujian skripsi adalah Jurusan.

B. Persyaratan Munaqasah Skripsi
1. Telah terdaftar sebagai mahasiswa semester di rnana ujian munaqasah diselenggarakan;
2. Telah selesai dan lulus semua tugas akademik (ternasuk ko-kurikuler) dan ujian komprehensif dengan indeks prestasi kurnulatif (IPK) sekurang-kurangnya 2,0:
3. Masih mempunyai hak untuk menyelesaikan studinya;
4. Naskah skripsi telah mendapatkan persetujuan pembimbing disertai nota usul pembimbing dan siap untuk dimunaqasah¬kan;
5. Telah terdattar sebagai peserta ujian munaqasah.

C. Sistem Ujian Skripsi
1. Ujian skripsi/munaqasah dilaksanakan secara terbuka;
2. Ujian skripsi/munaqasah dilaksanakan dengan sistem majelis;
3. Majelis Penguji Skripsi masing-masing 5 orang terdiri dari:
a. seorang Ketua
b. seorang Sekretaris
c. dua orang anggota penguji
4. Ketua Sidang adalah unsur pimpinan atau Kepala Jurusan dan atau Kepala Program Studi, sedangkan Sekretaris Sidang adalah Sekretaris Jurusan dan atau Sekretaris Program Studi atau unsur pimpinan lainnya.
5. Ketua dan Sekretaris sidang masing-masing merangkap sebagai penguji.
6. Anggota penguji (penguji 1 dan penguji 2) memiliki kewenangan hak menguji, disiplin ilmu, dan keahlian terhadap materi ujian skripsi;


D. Syarat-syarat Penguji Skripsi
1. Penguji skripsi adalah tenaga edukatif yang berpangkat Lektor Kepala (IV/a) ke atas, Asisten Ahli ((III/a) yang berijasah Doktor atau Lektor (III/c) yang berijasah Magister;
2. Majelis Penguji Skripsi ditetapkan oleh Kepala Jurusan sesuai dengan kewenangan menguji bagi masing-masing dosen penguji;
3. Dewan Penguji diangkat oleh Kepala Jurusan atas usul Kepala Program Studi.




E. Waktu Ujian Skripsi
1. Waktu ujian skripsi sekurang-kurangnya 30 menit dan sebanyak-banyaknya 120 inenit;
2. Setiap penguji disediakan waktu sekurang-kurangnya 15 menit dan sebanyak-banyaknya 30 menit.

F. Kewajiban Mahasiswa pada Sidang Munaqasah
1. Kewajiban mahasiswa dalam sidang komprehensip berlaku juga untuk ujian munaqasah;
2. Peserta ujian munaqasah wajib memakai jaket almamater.

G. Penyerahan Naskah kepada Penguji
Naskah ujian skripsi yang telah terdaftar diserahkan kepada penguji selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan ujian munaqasah.

H. Penguji Yang Berhalangan
Penguji yang berhalangan harus menyerahkan tugas dan naskahnya kepada Jurusan sekurang-kurangnya 4 (empat) hari sebelum pelaksanaan ujian.


I. Jadwal Ujian Munaqasah
Munaqasah dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh Jurusan.

J. Wewenang Penguji
1. Penguii pengajukan pertanyaan yang mengarah kepada pengungkapan kemampuan berpikir dan pertangungjawaban mahasiswa terhadap skripsi yang ditulisnya;
2. Penguji dapat mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi maupun metodologinya;
3. Penguji memberi nilai berdasarkan atas kemampuan jawaban, bobot isi, dan analisis mahasiswa dalarn skripsi.

K. Munaqasah Ulangan
1. Mahasiswa yang dinyatakan gagal ujian munaqasah, diberitahu keberatan-keberatan terhadap skrisipnya oleh Ketua Sidang yang tembusannya disampaikan kepada pembimbing.
2. Mahasiswa yang gagal diberi kesempatan ujian ulangan sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali;
3. Ujian skripsi ulangan dilaksanakan setelah mahasiswa yang bersangkutan telah merevisi minimal tujuh hari setelah ujian utama;
4. Penguji pada pelaksanaan ujian ulangan sama dengan ujian utama;
5. Penguji tidak berhak merevisi total skripsi mahasiswa;
6. Mahasiswa yang telah lulus ujian munaqasah dengan nilai C diberikan kesempatan untuk memperbaiki nilai dengan menempuh ujian ulang selama amsa studinya belum habis sebanyak-banyak sekali.
L. Revisi Skripsi
1. Mahasiswa yang dinyatakan lulus ujian munaqasah, namun diwajibkan merevisi setelah ujian (baik lulus atau gagal) harus berkonsultasi dengan penguji yang bersangkutan untuk memperbaiki skripsinya;
2. Batas waktu maksimal melakukan revisi adalah empat (4) bulan terhitung sejak hari munaqasah;
3. Jika sampai batas waktu maksimal ternyata tidak selesai, maka mahasiswa dianggap gagal dan mengajukan judul serta melakukan pembimbingan dan ujian lagi.

M. Pengesahan Skripsi
1. Skripsi dianggap sah sebagai syarat akhir studi pada prograrn sarjana S.1 Jurusan apabila telah disetujui oleh Dewan Penguji;
2. Pengesahan skripsi diberikan jika mahasiswa telah melaksanakan kewajiban yang diberikan oleh Dewan Penguji, seperti perbaikan (revisi) jika ada;
3. Pengesahan skripsi dibatalkan jika proses perbaikan melebihi batas maksimal, yaitu 4 (empat) bulan terhitung sejak hari ujian munaqasah;
4. Skripsi yang telah disahkan didistribusikan kepada pihak yang terkait, dan ini sebagai syarat pengambilan ijasah dan transkrip nilai;
5. Apabila mahasiswa tidak mengindahkannya, maka Jurusan tidak bisa mengeluarkan ijasah dan transkrip nilai meskipun hanya berupa photo copy.

N. Penilaian Munaqasah
1. Nilai munaqasah diambil dari Nipura (Nilai Pukul Rata-rata) penilaian masing-masing penguji;
2. Penilaian munaqasah skripsi dilakukan oleh Dewan Penguji yang ditunjuk sesuai dengan peraturan yang bertaku;
3. Penilaian masing-masing penguji diberikan terhadap keseluruhan komponen jawaban dan konsistensinya sejak awal hingga akhir ujian;
4. Penilaian munaqasah meliputi komponen:
a. Materi skripsi dengan bobot 50% terdiri dari:
1) Konsistensi logis materi skripsi;
2) Kadar keaslian, bobot analisis dan bahan acuan skripsi;
3) Sistematika dan alur penulisan skiipsi
b. Format atau tata tulis dan bahasa tulisan dengan bobot 10%
c. Presentasi skripsi dengan bobot 40% terdiri dari:
1) Kedalaman dan keluasan penguasaan materi;
2) Ketepatan dan kelancaran memberikan jawaban;
3) Sikap berpikir ilmiah.
d. Penilaian ujian munaqasah menggunakan rumus:



Keterangan:
NM : Nilai Munaqasah
NP1 : Nilai Penguji 1
NP2 : Nilai Penguji 2
NP3 : Nilai Penguji 3
NP4 : Nilai Penguji 4
NB1 : Nilai Bimbingan (Pembimbing I)
NB2 : Nilai Bimbingan (Pembimbing II)
e. Penilaian akhir skripsi menggunakan rumus:



Keterangan:
NAS : Nilai Akhir Skripsi
NP : Nilai Proposal
NM : Nilai munaqasah





























Lampiran 1 SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

A. Sistematika Laporan Penelitian
1. Laporan penelitian kuantitatif maupun kualitatif terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian awal, bagian pokok (inti) dan bagian akhir.
2. Bagian awal berisi: Halaman Judul, Abstrak Penelitian, Persetujuan Pembimbing, Pengesahan, Motto, Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar Lampiran.
3. Bagian inti berisi: Pendahuluan, Landasan Teori, Kerangka Berpikir, Pengajuan Hipotesis. Metodologi, Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan, serta Kesimpulan, Saran-saran dan Penutup.
4. Bagian akhir berisi: Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran.
5. Sistematika laporan penelitian kuantitatif secara garis besar meliputi:

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
DEKLARASI/PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR/BAGAN

BAB I : PENDAHULUAN, berisi:
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS berisi:
A. Deskripsi Teori
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
C. Pengajuan Hipotesis
BAB III : METODE PENELITIAN, berisi:
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Variabel Penelitian
C. Metode Penelitian
D. Populasi. Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
B. Pengujian Hipotesis
C. Pembahasan Hasil Penelitian
D. Keterbatasan Penelitian
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
C. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENELITI

6. Sistematika Penelitian Kualitatif secara garis besar meliputi:

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
PERSETUJUAN PEMBIMBING
DEKLARASI
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI
DAFTAR SINGKATAN

BAB I : PENDAHULUAN berisi:
A. Latar Belakang Masalah
B. Penegasan Istilah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
E. Telaah Pustaka
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
3. Metode Pengumpulan Data
4. Metode Analisis Data
BAB II : LANDASAN TEORI berisi:
Landasan teori sangat berkaitan dengan tema penelitian, dan sifanya hanya untuk mendukung analisis.
BAB III : KAJIAN OBJEK PENELITIAN, berisi:
Pemaparan Data Penelitian
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
C. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS


B. Penjelasan Bagian-Bagian Skripsi
Guna menghindarkan bias dan salah paham sehubungan dengan sistematika dan subtansi laporan penelitian atau skripsi, maka kerangka dan sistematika penelitian model penelitian kuantitatif dan kualitatif tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Halaman Judul
Halaman judul sama dengan halaman cover. Halaman sampul berisi: judul penelitian skripsi, judul skripsi secara lengkap, nama dan nomor induk mahasiswa (NIM), lambang STAI Sangatta diikuti dengan nama lengkap jurusan, program studi dan tahun pembuata/disahkan. Semua tulisan pada halaman ini dicetak dengan huruf besar (kapital). Komposisi huruf dan tata letak masing¬-masing bagian diatur secara sistematis, rapi dan serasi. (Contoh Terlampir)
2. Abstrak
Kata abstrak ditulis di tengah halaman dengan huruf besar, simetris di batas atas bidang pengetikan dan tanpa tanda titik. Nama penulis diketik dengan jarak 2 spasi dari kata abstrak, di tepi kiri dengan urutan: nama akhir diikuti koma, nama awal, nama tengah (jika ada) diakhiri titik. Judul digarisbawahi atau dicetak miring dan diketik dengan huruf kecil (kecuali huruf-huruf pertama dari setiap kata bukan kata depan) dan diakhiri dengan titik. Kata skripsi, ditulis setelah judul dan diakhiri dengan koma, diikuti dengan nama jurusan (tidak boleh disingkat), nama fakultas dan uni¬versitas dan diakhiri dengan titik. Kemudian dicantumkan nama dosen pembimbing. Abstrak skripsi memuat bagian isi skripsi secara singkat. Banyaknya kata dalam abstrak antara 600-1000 kata. Isi abstrak meliputi:
a. Alinea pertama berisi judul penelitian dan jenis penelitian.
b. Alinea kedua berisi tujuan penelitian
c. Alinea ketiga berisi hipotesis (kalau ada)
d. Alinea keempat berisi alat analisis
e. Alinea kelima berisi hasil penelitian Alinea keenam berisi kesimpulan
f. Alinea ketujuh berisi implikasi (Contoh Terlampir)
3. Persetujuan Pembimbing
Persetujuan Pembimbing berisi uraian tentang pernyataan Pembimbing I, bahwa naskah sudah sempurna diperiksa dan diusulkan kepada Ketua Jurusan untuk dapat diujikan. (Contoh Terlampir)
4. Deklarasi
Halaman deklarasi adalah halaman yang berisi pernyataan dari penulis skripsi, bahwa skripsi dimaksud adalah murni hasil dari pemikiran dan tulisan sendiri (bukan jiplakan). (Contoh Terlampir)
5. Persembahan
Berisi uraian kalimat untuk siapa skripsi didedikasikan.

6. Kata Pengantar
Penulisan kata pengantar, bukan merupakan tulisan ilmiah. Jadi penulis bebas menentukan bagaimana cara menulisnya. Secara umum, kata pengatar meliputi:
a. Alinea pertama berisi pernyataan syukur penulis kepada Allah SWT.
b. Alinea kedua berisi maksud dan tujuan penulisan skripsi.
c. Alinea ketiga berisi tentang ucapan terima kasih penulis kepada pihak lain yang membantu.
d. Alinea keempat berisi permohonan kritik, saran dan harapan penulis kepada pembaca. Pada bagian akhir teks (di pojok kanan bawah) dicantumkan kata Penulis tanpa menyebut nama terang.
7. Daftar Isi
Di dalam halaman daftar isi memuat judul bab, judul subbab, dan judul anak subbab yang disertai dengan nomor halaman tempat pemuatannya di dalam teks. Semua judul bab diketik dengan huruf kapital (besar), sedangkan judul subbab dan anak subbab hanya harus awalnya saja yang diketik dengan huruf besar. Daftar isi hendaknya menggambarkan garis besar organisasi keseluruhan isi Skripsi.
8. Daftar Tabel
Halaman daftar tabel memuat: nomor tabel, judul tabel, serta nomor halaman untuk setiap tabel. Judul tabel harus sama dengan judul tabel yang terdapat di dalam teks. Judul tabel yang memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal antara judul tabel yang satu dengan yang lainnya diberi jarak satu setengah spasi.
9. Daftar Gambar/Bagan
Pada halaman daftar gambar dicantumkan nomor gambar, judul gambar, dan nomor halaman tempat pemuatan dalam teks. Judul gambar yang memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal. Antara judul gambar yang satu dengan yang lainnya diberi jarak setengah spasi.
10. Pedoman Transliterasi
Transliterasi yang digunakan adalah pengalih-hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf latin beserta perangkatnya.
11. Daftar Singkatan
Singkatan mungkin dapat dimengerti oleh kalangan tertentu, terutama mereka yang memiliki disiplin keilmuan tertentu. Namun, karena skripsi yang disusun oleh seseorang juga dibaca oleh kalangan luas, maka seluruh singkatan (kalau ada) harus diterangkan.
12. Latar Belakang Masalah
Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoritik ataupun kesenjangan praktis yang melatar belakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas tentang teori, hasil-hasil penelitian terdahulu, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah maupun pengalaman atau pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang kokoh.
13. Identifikasi Masalah
Dalam identifikasi masalah dikemukakan masalah-masalah yang memiliki keterkaitan dengan grand masalah, kemudian dibatasi bila tidak semua masalah ingin/dapat diteliti.
14. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas-batas Permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan peneliti dapat mengidentifikasi factor mana saja yang termasuk dan faktor mana yang tidak termasuk ke dalam ruang lingkup pernasalahan penelitian.
15. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah.
Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
16. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam supe. Rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedang rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam kalimat pernyataan.
Kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. dari uraian dalam bagian IN diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.
17. Landasan Teori
Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang rasional dan dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Bab II.
Landasan teori memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang diajukan dalam bab yang mendahuluinya. Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian temuan penelitian yang relevan.
Landasan teori dapat menggunakan berbagai sumber seperti jurnal penelitian, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoritis adalah telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Pemilihan bahan pustaka yang akan diuji didasarkan pada dua prinsip, yaitu: (1) prinsip kemutakhiran dan (2) prinsip relevansi.
18. Kajian Penelitian yang Relevan/Telaah Pustaka
Kajian Penelitian yang relevan/telaah pustaka merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka/landasan teoritik yang dipakai serta hubungannya dengan penelitian yang terdahulu yang relevan.
Kajian penelitian yang relevan/telaah pustaka memuat uraian sistematis tentang penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam telaah pustaka ini harus secara jelas dinyatakan bahwa permasalahan yang akan diteliti belum terjawab atau belum terpecahkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
Dalam hubungannya dengan penelitian/penulisan skripsi, mahasiswa harus mencari tulisan-tulisan yang sudah ada, baik dalam bentuk buku/kitab, skripsi maupun hasil penelitian lainnya yang membahas masalah yang serupa. Setelah itu, secara jujur, ia menjelaskan apa saja yang telah dikemukakan dalam tulisan-tulisan yang sudah ada, lalu ia ungkapkan apa yang akan dikaji atau teliti dalam. Peneliti atau penulis skripsi boleh saja membuat judul skripsi yang mirip bahkan sama dengan judul skripsi yang sudah ada sepanjang pembahasannya menggunakan pendekatan yang berbeda, sehingga tidak terkesan terjadi duplikasi dalam penelitian.
19. Hipotesis Penelitian
Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, di dalam latar belakang masalah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas.
Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau dileksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antar variabel, melainkan telah ditunjukkan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan, (c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.
20. Waktu dan Tempat Penelitian
Kapan dan dimana penelitian itu dilakukan.
21. Variabel Penelitian
Mendeskripsikan variabel dan indikator vanabel penelitian dengan mengacu landasan teori tentang variabel sebagimana dijelaskan dalam Bab II.
22. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalarn penelitian, misalnya metode survai dengan teknik analisis korelasional atau menggunakan metode penelitian yang lain sesuai dengan topik kajian penelitian.
23. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Mendeskripsikan populasi dan sampel penelitian, serta bagaimana cara pegambilan sampel berdasarkan acuan teori yang dipakai.
24. Teknik Pengumpulan Data
Dalam bagian ini dikemukakan teknik pengumpulan data yang digunakan, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Terdapat dua dimensi rekaman data fidelitas dan struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh mana penyajian bukti nyata dari lapangan disajikan (rekaman audio atau video memiliki fidelitas tinggi, sedangkan catatan memiliki fidelitas rendah). Sedangkan dimensi struktur menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Hal-hal yang menyangkut jenis rekaman, format ringkasan rekaman data dan prosedur perekaman diuraikan daripada bagian ini. Selain itu kemukakan pula waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data.
25. Teknik Analisis Data
Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain peneliti dan penyaji dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis kawasan, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan statistik nonparametric, logika, etika atau estetika.
26. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Dalam deskripsi data untuk masing-masing variabel dilaporkan hasil penelitian yang telah diolah dengan teknik statistik deskriptif, seperti distribusi frekuensi yang disertai dengan grafik yang berupa histogram, nilai rerata, simpangan baku atau yang lain. Setiap variabel dilaporkan dalam subbab tersendiri dengan merujuk pada rumusan masalah atau tujuan penelitian.
Temuan penelitian yang sudah disajikan dalam bentuk angka-angka statistik, 'label maupun grafik tidak dengan sendirinya bersifat komunikatif. Penjelasan terhadap hal tersebut masih diperlukan. Namun, bahasan pada tahun ini perlu dibatasi pada hal¬-hal yang bersifat faktual, tidak mencakup pendapat pribadi (interpretasi) peneliti.
27. Pengujian Hipotesis
Pemaparan tentang hasil pengujian hipotesis pada dasarnya tidak berbeda dengan penyajian temuan penelitian untuk masing-masing variabel. Hipotesis penelitian dapat dikemukakan sekali lagi dalam bab ini, termasuk hipotesis nolnya, dan masing-masing diikuti dengan hasil pengujiannya serta penjelasan atas hasil pengujian itu secara ringkas dan padat. Penjelasan terhadap hasil pengujian hipotesis ini terbatas pada interpretasi atas angka statistik yang diperoleh dari perhitungan statistik.
28. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV memuat uraian tentang data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan dalam Bab III. Uraian ini terdiri atas deskripsi data yang disajikan dengan topik sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hasil analisis data. Deskripsi data tersebut diperoleh dari pengamatan (apa yang terjadi) dan/ atau hasil wawancara (apa yang dikatakan) serta deskripsi informasi lainnya (misalnya yang berasal dari dokumen, total, rekaman video, dan hasil pengukuran). Hasil analisis data yang merupakan temuan penelitian disajikan dalam bentuk pola, tema, kecenderungan, dan motif yang muncul dari data. Di samping itu, temuan dapat berupa penyajian kategori, sistem klasifikasi dan tipologi.
Dalam penelitian yang menguji hipotesis, laporan mengenai hasil-hasil yang diperoleh sebaiknya dibagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama berisi uraian tentang karakteristik masing-masing variabel. Bagian kedua memuat uraian tentang hasil pengujian hipotesis.
29. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian apapun yang telah dilakukan secara optimal oleh peneliti, disadari atau tidak tentu memiliki beberapa keterbatasan. Walaupun demikian hasil penelitian yang diperoleh tersebut tetap dapat dijadikan acuan awal bag] penelitian selanjutnya. Dalain hal in] peneliti perlu menjelaskan beberapa keterbatasan¬keterbatasan penelitian yang dimaksud.
30. Kesimpulan
Isi kesimpulan penelitian harus terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dengan kata lain, kesimpulan penelitian terikat secara substantif terhadap temuan-temuan penelitian yang mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kesimpulan juga dapat ditarik dari hasil pembahasan, namun yang benar-benar relevan dan mampu memperkaya temuan penelitian yang diperoleh. Kesimpulan penelitian merangkum semua hasil penelitian yang telah diuraikan secara lengkap dalam Bab IV. Tata urutannya pun hendaknya sama dengan yang ada di dalam Bab IV. Dengan demikian, konsistensi isi dan tata urutan rumusan masalah, tujuan penelitian, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan penelitian tetap terpelihara.
31. Saran-saran
Saran yang diajukan hendaknya selalu bersumber pada temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan hasil penelitian. Saran hendaknya tidak keluar dari batas-batas lingkup dan implikasi penelitian.
Saran yang baik dapat dilihat dari rumusannya yang bersifat rinci dan operasional. Artinya, jika orang lain hendak melaksanakan saran itu, ia tidak mengalami kesulitan dalam menafsirkan atau melaksanakannya. Di samping itu, saran yang diajukan hendaknya telah spesifik. Saran dapat ditujukan kepada perguruan tinggi, lembaga pemerintah maupun swasta, atau pihak lain yang dianggap layak.
32. Kata Penutup
Berisi kata akhir yang menyangkut ucapan terima kasih terhadap semua yang telah berpartisipasi, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi.
33. Daftar Pustaka
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya dipakai sebagai bahan bacaan tetap tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, harus dicantumkan dalam daftar rujukan.
Istilah daftar pustaka digunakan untuk menyebut daftar yang berisi bahan-bahan pustaka yang dipakai oleh penulis, baik yang dirujuk maupun yang tidak dirujuk dalam teks. Untuk skripsi, artikel, daftar bahan pustaka yang ditulis hanya yang dirujuk dalam teks, sehingga istilah yang dipakai adalah daftar rujukan, bukan daftar pustaka.
34. Lampiran-Lampiran
Lampiran-lampiran hendaknya berisi keterangan-keterangan yang dipandang penting untuk skripsi, misalnya instrumen penelitian, data mentah hasil penelitian, rumus-rumus statistik yang digunakan (bila perlu), hasil perhitungan statistik, surat izin dan tanda bukti telah melaksanakan pengumpulan dan penelitian, dan lampiran lain yang dianggap perlu. Untuk mempermudah pemanfaatannya, setiap lampiran harus diberi nomor urut lampiran dengan menggunakan angka Arab (satu, dua, tiga, dst).
35. Biodata Peneliti
Biodata penelitian mendeskripsikan riwayat hidup peneliti, tampat, tanggal lahir dan pendidikan yang telah ditempuh.
(By Zamrony)